RADAR JOGJA – Salah satu desa di Kabupaten Magelang yang dikenal sebagai sentra penghasil kopi adalah Desa Majaksingi. Kopi yang dihasilkan memiliki cita rasa tinggi.
Meski demikian, masih ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi kopi.
Kepala Dusun Keruk Batur, Desa Majaksingi, Yulius Ismoyo, menyatakan, perkebunan kopi telah ada di wilayahnya sejak beberapa generasi sebelumnya. Hanya saja, perkebunan kopi tersebut belum diurus dengan baik.
Sejak beberapa tahun terakhir, perkebunan kopi mulai diurus lebih serius. Saat ini ada rencana membangun tandon air. Air tersebut dialirkan untuk memenuhi pengairan di perkebunan.
”Di sini kalau musim hujan air melimpah. Kalau kemarau satu-dua bulan, air sudah menyusut. Tiga bulan, sudah habis. Kami memerlukan tandon air karena tidak ada mata air,” jelasnya.
Dusun Keruk Batur berada di lereng Perbukitan Menoreh. Perbukitan kapur ini tidak mampu menyimpan cadangan air untuk memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau. Maka dari itu, perlu dibangun tandon air di beberapa titik.
Selain itu, dalam rangka mengembangkan pertanian organik, warga Dusun Keruk Batur juga berniat membangun rumah kompos dan pembuatan perstisida nabati. Bahannya memanfaatkan bahan-bahan di sekitar. Warga mampu memproses kompos menggunakan mikroorganisme.
Pestisida sida nabati yang ditujukan untuk menghalau hama itu dibuat dari berbagai bahan. Di antaranya, jahe dan kunyit.
Ismoyo mengakui, produksi kopi mengalami penurunan. Sebab, lahan dalam masa rehabilitasi yang dipersiapkan dengan pola tanam baru. ”Tahun kemarin dipangkas semua yang tua. Sekarang baru mulai disambung,” jelasnya.
Masyarakat tidak hanya melakukan budi daya. Mereka juga melakukan pembibitan sendiri.
Saat ini mereka sedang mencari bibit unggul yang dinilai paling cocok ditanam di lahan yang tersedia. Itu bibit jenis robusta maupun arabika. Meski lokasi perkebunan kurang dari 1.000 mdpl, mereka ingin mencoba menanam arabika. ”Dicoba dulu saja,” jelasnya. (asa/amd)