RADAR JOGJA – Tim kuasa hukum tersangka Isfan Yoppy Andrian mulai angkat bicara. Langkah ini diambil setelah banyaknya isu liar beredar. Terutama dugaan melarikan diri dan tidak bertanggung jawab atas peristiwa susur sungai Sempor.

Salah satu perwakilan tim kuasa hukum Oktryan Makta meluruskan anggapan tersebut. Kenyataannya Yoppy tidak kabur. Pasca pergi dari lokasi susur sungai, guru SMPN 1 Turi ini kembali ke lokasi hanyut. Yoppy, lanjutnya, juga ikut melakukan evakuasi penyelamatan.

“Kami luruskan dalam kesempatan ini bahwa tidak benar klien kami melarikan diri. Memang sempat pergi tapi kembali lagi. Bergabung dengan tim relawan berupaya melakukan evakuasi siswa dan siswinya,” jelasnya, Rabu (26/2).

Bukan tanpa alasan upaya pelurusan fakta tersebut. Tim kuasa hukum berpegang pada proses hukum yang berlangsung. Berupa munculnya extra judicial punishment. Munculnya isu diakui oleh Oktryan berpengaruh pada hasil penyidikan.

Terpaan yang semakin kuat akan menghasilkan fakta rekaan. Oktryan tak ingin isu ini menjadi keterangan yang memberatkan Yoppy. Terlebih upaya pemeriksaan saksi masih berlangsung hingga sekarang.

“Polisi harus tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Simpang siur informasi di media sosial ini sangat memberatkan kami,” katanya.

Dalam kesempatan ini dia juga meminta penyidikan secara kompleks. Terutama peran dan tanggungjawab dari setiap individu. Tak ragu-ragu Oktryan turut menyebut sosok kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana.

“Tidak mungkin sebuah kegiatan berlangsung tanpa diketahui oleh pengurus sekolah. Yang harus diingat, jangan lihat klien kami pembina pramuka, tapi juga harus dilihat statusnya sebagai guru SMPN 1 Turi,” ujarnya.

Tim kuasa hukum juga menyinggung keselamatan keluarga tersangka. Perundungan mulai terjadi kepada istri dan kedua anak Yoppy. Tak hanya di lingkup lingkungan rumah tapi juga sekolah kedua anak tersangka.

Kakak sepupu tersangka, Agus Sukamta, 58, menuturkan perundungan berlangsung intensif. Akibatnya istri dan kedua anak tersangka sempat mengalami luka psikis. Bahkan untuk menentramkan hati, ketiganya memilih untuk mengungsi sementara waktu.

“Istri Yoppy itu sangat sedih, tak hanya untuk suaminya tapi juga korban susur sungai. Lalu anak-anaknya juga sempat tidak mau berangkat sekolah. Baru hari ini akhirnya sekolah lagi setelah dibujuk,” katanya.

Dia meminta agar masyarakat bijak dalam bertindak. Aksi perundungan, lanjutnya, akan menimbulkan korban baru. Luka batin dan perasaan bersalah akan terus muncul. Terutama kepada dua anak tersangka.

“Di sekolah sempat diejek kalau bapaknya tersangka kasus itu. Ini seharusnya tidak terjadi. Untungnya pihak sekolah sangat membantu. Saat jam pulang diminta menunggu didalam sebelum keluarga datang,” ujarnya. (dwi/ila)