RADAR JOGJA – Bronjong atau bangket Sungai Serang di Pedukuhan Kedungpring, Kelurahan Giripeni, Kapanewon Wates tiba-tiba amblas, kemarin (6/3). Kondisi itu mengancam permukiman warga jika banjir datang.
Ruslan, 60, warga Kedungpring mengatakan, bronjong sepanjang 50 meter dengan ketinggian tujuh meter itu berfungsi sebagai pelindung tanggul Sungai Serang.
Peristiwa ambrolnya bronjong terjadi sekitar pukul 05.00. Saat kejadian, Ruslan tengah bersantai di depan rumahnya. “Terdengar suara gemuruh disusul getaran seperti gempa, saya sempat cari sumber suara itu, ternyata bronjong di belakang rumah longsor,” ucapnya.
Dijelaskan, bronjong tanggul Sungai Serang hanya berjarak sekitar 50 meter dari belakang rumahnya. Total panjang bronjong yang dibangun di kawasan tersebut mencapai 100 meter.”Jadi separohnya yang amblas,” jelasnya.
Menurutnya, amblasnya bronjong diduga akibat diterjang arus sungai Serang yang cukup deras akibat hujan dan banjir.”Banjir kemarin memang cukup besar debitnya, tapi amblasnya baru tadi,” ujarnya.
Penanggung Jawab (PJ) Lurah, Kalurahan Giripeni Parmin menambahkan, amblasnya tanggul sungai Serang ini bukan kali pertama. Kejadian serupa pernah terjadi 2019. Kemudian Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) melakukan perbaikan dan baru selesai pada awal tahun ini.”Bronjong ini masih baru,” ucapnya.
Selain bronjong yang rusak, badan tanggul yang terbuat secara alami dari tanah itu juga mengalami longsoran. Imbasnya, lebar di titik tertinggi tanggul yang semula berkisar dua meter dan biasa digunakan warga sebagai jalan alternatif, kini tidak bisa dilewati.
Ditegaskan, amblasnya bronjong membuat warga sekitar ketar-ketir. Sebab tanggul itu berfungsi untuk menghalau aliran Sungai Serang yang kerap meluap hingga menggenangi permukiman penduduk saat musim penghujan.
Apabila tidak segera dibangun bronjong baru, dikhawatirkan tanggul tersebut bisa jebol. Semoga segera ditangani dan bisa lebih kuat agar tidak amblas lagi,” tegasnya.
Dijelaskan, pemerintah Desa Giripeni akan segera melaporkan peristiwa tersebut kepada BBW SSO selalu pemangku kebijakan sungai Serang. Pihaknya juga akan melaporkan kejadian ini kepada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulonprogo selaku Instansi yang terlibat langsung dalam pembangunan bronjong tersebut. “Kami berharap pembangunan bisa lebih memperhitungkan kondisi lingkungan,,” jelasnya.
Menurutnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo harus segera melakukan penanganan darurat, membuat tanggul sementara dari karung pasir untuk. Sementara.”Tidak hanya Kelurahan Giripeni yang terdampak, tetapi juga kelurahan tetangga seperti Bendungan. Bahkan Kapanewon Panjatan,” ujarnya. (tom/din)