RADAR JOGJA – Dampak mewabahnya virus korona mulai dirasakan oleh sebagian besar warga Jogjakarta dan sekitarnya. Meski belum dinyatakan sebagai kondisi luar biasa (KLB), masyarakat sudah mulai membatasi kegiatannya.
Beberapa agenda acara yang berpotensi mengundang kerumunan massa pun terpaksa ditunda untuk waktu yang belum bisa ditentukan.
Hal tersebut juga ikut dirasakan oleh penceramah kondang KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah.
Gus Miftah mengaku beberapa agenda pengajian akbar dibeberapa tempat terpaksa dicancel. Dalam sehari bisa tiga hingga empat undangan.
“Bila keadaan tidak berubah atau malah semakin memburuk hingga Idul Fitri nanti, bisa ratusan jadwal ter-cancel. Lockdown bahaya mas, lock kui uteke ngelock down pendapatannya turun,” ujarnya saat ditemui Rabu (25/3).
Namun demikian, kiai nyentrik yang kerap mengisi kajian di klub malam ini tetap mendukung penuh imbauan ataupun keputusan Pemerintah terkait wabah Covid-19. Menurutnya, Pemerintah punya kajian yang lebih mendalam.
Saat ini solusinya hanya diam dulu dirumah untuk mengurangi potensi penyebaran dan penularan Covid-19. Masyarakat harus memaklumi hal tersebut.
“Saran saya, Ikuti saja pendapatnya para ahli, jangan ikut-ikutan orang yang ahli berpendapat, karena orang ahli yang berpendapat belum tentu pendapat ahli,” katanya.
Sadar dengan keadaan saat ini, Suami dari Atqi Ning Mecca ini mengajak kepada seluruh masyarakat untuk memperbanyak sedekah.
“Saya teringat sabda Baginda Rasulullah Muhammad SAW, bahwa salah satu cara menolak bala ialah dengan memperbanyak sedekah,” tegasnya.
Virus Korona adalah salah satu bala yang harus didoakan agar segera menyingkir dari negeri ini. Untuk itu, Gus Miftah bersama para santri Pondok Pesantren Ora Aji menyembelih satu ekor sapi dan satu ekor kambing.
Rencananya, hasil daging sapi seberat 1 ton itu akan dijadikan 400 paket bersama daging kambing. Selanjutnya, akan dibagikan ke warga sekitar Pondok Pesantren Ora Aji.
“Dengan memotong sapi dan kambing ini semoga bisa memberi lauk kepada tetangga-tetangga saya,” ujarnya saat ditemui di halaman Masjid Al Mbejaji, Purwomartani, Kalasan, Sleman Rabu pagi (25/3).
Dirinya menyadari dengan keputusan pemerintah untuk stay at home pasti akan ada dampak yang akan muncul. Banyak orang menjerit soal penghasilan, kebutuhan sehari-hari hingga persoalan perut karena tidak bekerja, atau dirumahkan perusahaannya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pria yang sering disapa Abah ini menyampaikan, aksinya tersebut juga merupakan salah satu bentuk ikhtiar menghadapi masa sulit saat ini. Sebab sering dikatakannya, bahwa manusia yang paling baik itu adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.
“Mudah-mudahan apa yang saya lakukan hari ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita,” ujarnya.
Didampingi istri tercinta Gus Miftah berharap agar wabah Covid-19 sebelum Ramadan nanti dapat dikendalikan sukur-sukur telah berlalu. Sehingga ada hikmah yang dapat dipetik nantinya. Yakni munculnya kerinduan yang luar biasa terhadap masjid, majelis taklim, dan lebih khusyuk beribadah.
“Maka saya sering menyampaikan, berdoalah kepada Tuhannya Korona supaya Korona segera dihilangkan, jangan sampai gara-gara Korona kita kehilangan Tuhan,” jelasnya. (naf/ila)