Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Jogja Edi Heri Suasana memastikan oknum pembina Pramuka inisial E tak lulus kursus mahir lanjutan (KML). Pertimbangan utamanya adalah penyimpangan materi yang dia berikan kepada Pramuka SDN Timuran. Edi memastikan materi kepramukaan telah baku untuk penanaman nilai-nilai nasionalisme. Seluruhnya telah ditentukan dari tingkat kwartir nasional (kwarnas). Dilanjutkan hingga tingkat ranting. “Status bersangkutan selaku peserta KML dinyatakan tidak lulus. Dianggap tidak memahami dan mendalami materi yang diberikan karena memberikan materi diluar kepramukaan,” jelasnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Jogja, Selasa (14/1). Rekomendasi dari Dispora Kota Jogja ini tak hanya sekadar wacana. Pernyataan tidak lulus ini dikirimkan ke Kwarcab Kota Jogja. Selanjutnya diteruskan ke Kwarda hingga tingkat Kwarnas, diteruskan kembali di seluruh kwarcab Jogjakarta. Edi menegaskan sanksi tegas ini merupakan wujud konsekuensi. Kesalahan oknum pembina tergolong krusial. Walau sifatnya spontanitas namun telah mencederai nilai-nilai kepramukaan. “Dengan demikian yang bersangkutan tidak akan mendapatkan KML. Kasus ini menunjukkan yang bersangkutan tak menguasai materi,” katanya. Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Jogja Ahmad Mufaris memberikan respon keras terhadap oknum pembina Pramuka berinisial E. Dia memastikan pembina putri asal Kwarcab Gunungkidul itu tak memahami semangat Pramuka. Terbukti dengan adanya aksi tepuk anak soleh. Politisi Partai Nasional Demokrat ini juga turut menjabarkan sejarah tepuk anak soleh tersebut. Pada awalnya yel-yel ini tak bersifat SARA. Ini karena tepuk asli tidak ada kalimat Islam Yes Kafir No. “Tidak ada kalimat itu, bisa saya pastikan karena masa kecil saya juga tahu tentang tepuk ini. Kalimat terakhir itu hanya sampai Cinta Islam Sampai Mati. Sudah ini saja, tak ada Islam Yes Kafir No,” tegasnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Jogja. Tepuk ini juga bukan bagian dari tepuk Pramuka. Asal mulanya diajarkan kepada peserta TPA. Itupun tanpa ada embel-embel kalimat SARA. Ahmad menuturkan tepuk anak soleh awalnya dikenalkan oleh TPA di kawasan Ndalem Joyokusuman. Yel-yel itu pada awalnya murni menceritakan semangat Islami. Termasuk menggambarkan keutuhan semangat NKRI. (dwi/tif) . . VIDEOGRAFER: DWI AGUS/RADAR JOGJA VIDEOEDITOR: NANANG FEBRIYANTO/RADAR JOGJA . Ikuti juga akun kami: Instagram : @radarjogja Line : radarjogjaofficial Twitter : @radarjogja Website : radarjogja.jawapos.com/ . Alamat : Jl. Ring Road Utara no.88 (Barat Polda DIY), Yogyakarta 55281 Telpon : (0274) 4477785 Radar Jogja Channel tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab komentator sebagaimana diatur dalam UU ITE.