Sepuluh penjahit berkebutuhan khusus bertekad memenuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis. Mengingat saat ini kebutuhan APD sangat mendesak. Padahal perlengkapan ini wajib dikenakan selama penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Mereka adalah para penjahit yang tergabung dalam Koperasi Simpan Pinjam Bank Difabel Ngaglik. Pengerjaan berlangsung di masing-masing kediaman. Mulai dari proses pemotongan bahan baku hingga penjahitan seragam APD. “Kami sepakat bisa mengerjakan APD untuk kebutuhan medis. Jumlah pertama ini ada 800 APD yang diorder oleh RS PKU Muhammadiyah. Seluruh bahan dari mereka (PKU Muhammadiyah) kami yang mengerjakan untuk menjahitnya,” jelas salah satu penjahit Iswanto, ditemui di kediamannya Tonggalan, Wedomartani Ngemplak, Kamis (26/3). Di kediaman Iswanto setidaknya ada dua penjahit yang bekerja. Masing-masing penjahit mampu menyelesaikan tujuh seragam APD per hari. Sementara pesanan dari RS PKU Muhammadiyah mencapai 800 seragam APD. Pengerjaan dilakukan sesuai keahlian masing-masing. Mulai dari pemotongan bahan baku, pembuatan pola hingga penjahitan APD. Iswanto juga berperan dalam membuat sampel utama bagi penjahit lainnya. “Saya bikin sampel lalu distribusikan ke tempat berbeda untuk mengurangi intensitas interaksi dalam satu wilayah. Sampel mencontoh APD milik PKU Muhammadiyah. Saya pinjam lalu saya tiru polanya,” ujarnya. Terkait pola dan metode jahit tak ada kendala. Iswanto mengakui cara penjahitan tetap sama dengan pengerjaan pada umumnya. Hanya saja perlu ketelitian tersendiri. Mengingat bahan baku yang digunakan sangatlah tipis. Walau begitu untuk proses penggarapan tak bisa asal. Dia tetap mengacu pada standar baku kesehatan tenaga medis. Terutama protokol baku dalam penanganan Covid-19. Standar baku meliputi penggunaan masker selama pengerjaan. Lalu menjaga jarak antar penjahit. Lokasi pengerjaan harus terbagi dalam beberapa lokasi. Agar tidak ada penumpukan warga di lokasi dan waktu yang sama. “Perbedaan dengan jahit biasa hanya di kainnya saja yang tipis. Jenis kainnya spunbond. Lebih hati-hati dalam menjahit. Kalau salah nggak bisa dilepas,” katanya. Majelis Pemberdayaan Masyarkat PP Muhammadiyah Ahmad Maruf mengapresiasi peran para penjahit berkebutuhan khusus ini. Terlebih atas kepeduliannya untuk memenuhi APD bagi tenaga medis khusus Covid-19. Maruf memastikan bahwa seragam APD tersebut telah melalui supervisi PKU Muhammadiyah. Selain itu program ini juga membuka peluang lapangan kerja. Maruf menuturkan Covid-19 berdampak pada ekonomi masyarakat. Terbukanya peluang ini tentu menjadi angin segar bagi wiraswasta berkebutuhan khusus ini. “Perbaju yang jahit dapat upah Rp 25 ribu. Sebatas kerja sama jasa, karena bahan baku sudah disediakan. Detailnya Rp 24 ribu untuk biaya produksi dan Rp 1.000 untuk koperasi. Kalau di luar, mungkin harga normalnya sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu,” ujarnya. (dwi/tif) . . VIDEOEGRAFER : DWI AGUS ARIYANTO/RADAR JOGJA VIDEOEDITOR : GANIFIANTO/RADAR JOGJA . . Ikuti juga akun kami: Instagram : @radarjogja Line : radarjogjaofficial Twitter : @radarjogja Website : radarjogja.jawapos.com/ . Alamat : Jl. Ring Road Utara no.88 (Barat Polda DIY), Yogyakarta 55281 Telpon : (0274) 4477785 Radar Jogja Channel tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab komentator sebagaimana diatur dalam UU ITE.