JIKA selama ini banyak orang mengenal makanan khas Jogjakarta: Bakpia, selalu Bakpia Pathok yang diproduksi Kampung Pathuk Kota Jogja, atau dari Kemusuk, Kulonprogo, maka sejatinya di Sleman juga sudah ada sentra industri bakpia, yakni di Minomartani, Ngaglik. Di sana sedikitnya ada 15 KK yang setiap hari memproduksi Bakpia.
Sentra produksi Bakpia Mino, tepatnya ada di Jalan Tengiri, dan Jalan Mujair. Di deretan perumahan warga ini, setidaknya ada 15 KK yang memproduksi bakpia. semua produsen bakpia di sana menggunakan bahan berkualitas tanpa pemanis buatan dan tanpa pengawet.
Bakpia Mino juga dibuat dengan beragam rasa, antara lain kacang ijo, keju, dan cokelat. “Saya mulai memproduksi bakpia di sini sejak 1998,” kata Sumidah, seorang produsen bakpia yang tinggal di kawasan perumahan Minomartani kepada Radar Desa di rumahnya pekan lalu.
Sumidah merupakan orang pertama yang mengawali produksi Bakpia Mino. Ibu tiga anak ini menceritakan, pada awalnya usaha rumahan ini dilakoni bersama Mujiati. Namun seiring makin banyaknya permintaan akan Bakpia Mino, Sumidah mengajak warga sekitar untuk memproduksi bakpia. “Saat ini sudah 15 tempat yang memproduksi Bakpia Mino,” ujarnya.
Meski banyak pembuat bakpia, mereka tak saling injak dalam mencari pasar, tapi mereka bersinergi. “Kami saling bekerja sama, dan saya yakin, gairah ekonomi di sini akan terus meningkat. Jika saat ini masih 15 KK yang memproduksi bakpia. Mungkin besok atau lusa bisa menjadi 20 KK, dan akan terus bertambah,” lanjutnya.
Optimisme tersebut, didasarkan permintaan Bakpia Mino di sana yang terus meningkat. Selain itu, juga kepedulian pemerintah desa setempat dan Pemkab Sleman yang terus memberikan support terhadap mereka agar terus berkembang. “Kami senang dapat mengajak orang lain membuat usaha rumahan,” ujar Midah, sapaan akrab Sumidah.
Untuk pemasaran bakpia produksi Midah dan kawan kawan, banyak dititipkan di kios-kios, dan toko-toko klontong di sekitar Perumahan Minomartani, dan desa lain yang ada di Kabupaten Sleman. “Tak lupa, dalam pemusaran, kami juga memanfaatkan teknologi. Kami punya website,” katanya.
Bakpia Mino banyak dikenal masyarakat luas setelah tahun ke-7 berproduksi. Kini, banyak wisatawan yang berkunjung ke Minomartani untuk membeli bakpia, dan melihat secara langsung proses membuat makanan khas ini. “Ini sekaligus sebagai objek wisata edukasi alternatif,” lanjutnya.
Agar Bakpia Mino terus dikenal masyarakat, para produsen bakpia membentuk kelompok yang dinamai Mekar Lestari. Paguyuban ini dibentuk untuk memudahkan koordinasi antarpelaku usaha Bakpia Mino, seputar permodalan, bahan baku, dan pemasaran.
Ketua Paguyuban Pembuat Bakpia Minomartani, Mugiarti mengatakan, saat ini, para produsen Bakpia Mino sudah menggunakan pemasaran modern (online), melalui www.bakpiamino.com. Dengan strategi ini, Bakpia Mino dapat dipasarkan ke seantero wilayah di Indonesia dan luar negeri.
“Kami bersama-sama memasarkan produk Bakpia Minomartani melalui internet, media sosial, dan bekerja sama dengan para pelaku biro wisata,” kata Mugiarti di rumahnya pekan lalu. (mar/jko/mg1)