SLEMAN – Rasa trauma atas peristiwa di Gereja Santa Lidwina Stasi Bedog masih dialami beberapa umat, terutama anak-anak. Oleh karena itu, Ketua Pastur Gereja Santa Lidwina Paroki Kemetiran Romo Yohanes Dwi Harsanto memastikan ada trauma healing untuk para umat gereja.

“Adanya trauma healing diharapkan mampu mengikis kenangan buruk,” ujarnya Minggu (18/2).

Menurutnya, trauma terbesar dialami oleh anak-anak. Terlebih yang berada di lokasi kejadian saat peristiwa terjadi. “Untuk trauma healing akan dilakukan oleh pengurus gereja dan paroki. Penting agar umat sepenuhnya bisa pulih. Setidaknya tidak takut lagi jika ingin berangkat beribadah,” jelasnya.

Dia menyambut positif adanya tawaran dari pihak luar terkait trauma healing. Sebab, untuk menyembuhkan luka psikis tidak cukup dari pengurus gereja. Keterlibatan pihak luar akan turut melahirkan rasa percaya terhadap orang lain.

“Kemarin dari Srikandi Lintas Iman sempat menawarkan adanya trauma healing. Bagus dan kami terbuka, dan ini memang dibutuhkan oleh umat khususnya anak-anak,” ujarnya.

Bayangan ketakutan masih tersimpan di benak Felix Aldi Triputra. Remaja usia 13 tahun ini melihat langsung peristiwa penyerangan. Bahkan saat itu, dia duduk di luar gereja saat pelaku Suliono menyerang Martinus Parmadi dan Budiono.

Sebagai remaja gereja dirinya tetap menjalani kewajibannya. Termasuk membantu pelaksanaan misa. Meski masih menyimpan trauma, dia tetap menjalani tanggung jawab ini. Diawali saat misa hari Jumat (16/2) bersama temannya dia menjaga parkiran.

“Ya masih ada rasa trauma, tapi tetap berangkat karena ibadah itu wajib. Takut kalau kejadian lagi, masih was-was. Saat jaga parkiran kemarin sampai buru-buru menata kendaraan dan langsung naik k eatas,” katanya. (dwi/ila/mg1)