BANTUL – Bank BRI Mocosik Festival 2018 di JEC berakhir kemarin. Pecinta puisi dan film dimanjakan dengan talk show menarik di hari terakhir Mocosik.
Pengamat film Kamila Andini dan sastrawan Aan Mansyur hadir sebagai narasumber. Talk show dipandu Irwan Bajang membedah keterkaitan pengaruh karya sastra terhadap film.
Bagi Aan karya sastra dan film mempunyai hubungan erat. Keduanya sama-sama dari sumber yang sama. “Semuanya berasal dari imajinasi,” kata Aan.
Pada masa kecilnya Aan ingin menjadi musisi atau pelukis, memaparkan proses kreatifnya menjadi penyair. Saat menulis puisi dia membayangkan bagaimana adegan yang terjadi untuk kemudian kejadian itu dituang ke dalam bentuk tulisan.
“Puisi yang baik harus ada film (adegan), ada musik yang baik dan sebaliknya,” tutur pria asal Bugis.
Penyair yang menulis puisi dalam film Ada Apa dengan Cinta (AADC) 2 ini mengatakan proses pembuatan puisi untuk film tersebut rumit. Dia harus membayangkan bagaimana adegan Rangga yang sedang menulis.
Dia juga harus mengetahui kapan waktu Rangga menulis puisi, Rangga berada di New York di tahun berapa, buku apa saja yang Rangga baca, semua itu harus Aan tahu sebelum dia menyusun puisinya “Jadi puisinya sesuai dengan jalan pemikiran Rangga,” jelasnya.
Menurut Aan, masuknya sastra ke dalam film membuat penyair ataupun sastrawan memiliki posisi di dalam film tersebut. Bukan sebagai aktor, melainkan dari karyanya. “Lewat puisi yang saya tulis saya menjadi aktor dan berakting dalam film,” jelas Aan.
Kamila Andini menyatakan sastra dan film memiliki kaitan erat pada unsur bahasa. “Lebih kepada bahasa tutur atau cara mengungkapkan sesuatu,” jelas Dini, sapaan Andini.
Putri sutradara Garin Nugraha itu menjelaskan, kolaborasi seniman dan pembuat film menimbulkan kesan seolah film hidup. Seniman memiliki sesuatu yang jarang dimiliki orang.
“Para seniman punya kemampuan untuk menyisipkan nyawa pada karyanya,” kata Dini. (sce/cr4/iwa/mg1)