PEMIKIRAN itu muncul pada 2013. Nanang Garuda, sapaannya, mencoba menggali sebuah makna tentang Pancasila. Apa itu Pancasila dan seberapa pentingnya. Hal itulah yang mendorong Nanang merasa perlu ikut menyosialisasikan falsafah Pancasila sebagai bagian dari fakta sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Berikut segala aspek yang menyertai lahir Pancasila itu sendiri, hingga semua persoalan bangsa yang terjadi saat ini. Maka terciptalah wayang Nusantara.
Ada empat jenis wayang yang dia buat. Masing-masing memiliki muatan berbeda. Namun semuanya untuk menggambarkan kondisi dan sejarah perjuangan rakyat Indonesia, asal mula terbentuknya simbol negara Garuda Pancasila, hingga perjalanan mewujudkan cita-cita bangsa ini.
“Awalnya saya membuat wayang suluh dengan figur para pahlawan dan tokoh-tokoh pejuang. Seperti Presiden Soekarno, Ki Hadjar Dewantra, Sultan Hamid, dan lain-lain,” ungkap Nanang kepada Radar Jogja belum lama ini. Tokoh wayang tersebut dimainkan dengan lakon perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa.
Selanjutnya wayang sukma, untuk menceritakan tokoh-tokoh kemerdekaan tersebut setelah meninggal. Dari atas khayangan ruh mereka menyaksikan perjuangan bangsa penerus kemerdekaan. Lalu wayang pulau. Menjelaskan tentang cerita di balik pulau-pulau besar di Indonesia dan permasalahan masing-masing. Seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Papua. Pulau-pulau itu dibuat dalam kondisi baik dan marah. Kemudian wayang punokewan yang dilambangkan dengan tokoh binatang. “Banyak yang bisa dilakonkan dari kondisi Indonesia saat ini. Seperti eksploitasi, terorisme, dan lain-lain,” katanya. Mengenai alur ceritanya, Nanang menggali dari keresahan yang dirasakannya sendiri, maupun dirasakan masyarakat Indonesia secara umum.
Lewat aneka lakon wayang Nusantara, Nanang berharap bisa memberikan gambaran akan pentingnya memaknai sejarah. Dia juga mengajak masyarakat untuk bersinergi memaknai Pancasila dan mengamalkan sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari.
Semua yang dilakukan Nanang itu semata-mata karena dia ingin mencurahkan segala pemikiran dan tenaganya untuk mewujudkan semangat nasionalisme lewat karya seni rupa yang dikolaborasikan dengan naskah cerita Pancasila. “Jadi tidak harus dengan cara berpolitik. Cukup lewat karya seni dan budaya,” katanya. (yog/mg1)