BANTUL – Memasuki musim kemarau, petani tak kehilangan akal untuk bertahan hidup. Tak terkecuali petani di pesisir pantai selatan (pansela). Mereka mulai menanam tanaman lain setelah panen padi. Seperti bawang merah dan cabai.
”Di pesisir pantai selatan sekarang memang musimnya bawang merah,” jelas seorang petani Tujilah saat ditemui di area persawahannya, Minggu (1/7).

Ya, nyaris seluruh petani di kawasan pansela mulai Juli kompak menanam bawang merah. Selain faktor musim, hasil panen salah satu bumbu dapur tersebut menggiurkan. Bila hasil panen berkualitas harganya bisa mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Seperti panen pada 2016. Keuntungan lain adalah para petani dapat menanam tanaman lain seperti cabai, terong, pare, hingga kacang panjang. Dengan sistem tumpang sari. Maksudnya petani menanam dua tanaman sekaligus dalam satu area. Praktik tumpang sari cabai, misalnya. Petani menanam cabai ketika bawang merah berusia 21 hari. Letak tanaman cabai di antara satu petak bawang merah dengan lainnya.

”Bisa dipanen bebarengan. Untuk bawang merah biasanya butuh waktu sekitar 60 hari,” sebut perempuan berusia 65 tahun ini.
Menurutnya, sistem yang terbangun di internal para petani maksimal. Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Manunggal setiap bulan rutin menggelar pertemuan. Membahas beragam persoalan. Termasuk di antaranya solusi serangan hama ulat yang kerap menyerang bawang merah.
Melalui kesepakatan internal ini pula, para petani kompak menjual hasil panen secara lelang. Itu untuk menekan praktik merugikan yang kerap diterapkan tengkulak.

”Peserta lelangnya banyak. Ada yang datang dari Semarang, Solo, dan Jakarta,” sebut warga Tegalrejo, Srigading, Sanden ini.
Hal senada disampaikan petani lain Sundari. Dia mengaku lebih memilih cabai keriting dan cabai merah besar sebagai tanaman utama. Berbeda dengan bawang merah, tanaman cabai ini ditanam enam bulan lalu.
”Selama lima hari terakhir dapat Rp 4 juta dari menjual cabai,” ucap Sundari, mengaku juga menerapkan sistem tumpang sari. (ega/zam/mg1)