Keberadaan homestay dalam dunia pariwisata memiliki potensi yang prospektif. Betapa tidak, saat ini banyak wisatawan yang memilih menginap di homestay ketimbang hotel-hotel bintang.
“Homestay bukan lagi alternatif, tapi sudah menjadi pilihan wisatawan dan menggeser dominasi hotel bintang,” ujar Executive Chef Prime Plaza Hotel Jogjakarta I Made Witara saat Pelatihan Pengelolaan Homestay di Desa Wisata/Kampung Wisata DIY di Hotel Grand Quality Sleman (16/7).
Tentang wisatawan menginap di homestay ada beberapa alasan. Di antaranya, tempat tertentu tidak terdapat di hotel, harga lebih murah, suasana lebih tenang, serasa di rumah sendiri dan lebih menikmati budaya setempat. “Ada pengalaman dengan suasana baru,” katanya.
Tamu yang menginap di homestay, kata Witara, sama halnya dengan mereka yang datang ke hotel. Mereka butuh kenyamanan, keamanan, kemudahan dan layanan terbaik. Meliputi kebersihan kamar dan lingkungan, sopan santun, makanan tulus dan penyajian makanan minuman.
“Orang yang menginap di homestay juga ingin menikmati wisata kuliner,” ingatnya.
Menurut Witara, wisata kuliner bukanlah sesuatu yang mewah dan eksklusif. Wisata kuliner menekankan pada pengalaman dan bukan kemewahan restoran. Wisata kuliner, lanjut dia, dapat mejadi atraksi wisata, edukasi, pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.
Lebih jauh dikatakan, ada beberapa hal yang wajib dikuasai pengelola homestay terkait layanan tata hiding. Yakni mengidentifikasi jenis makanan dan minuman lokal yang layak disajikan. Menyiapkan dan menyajikan makanan serta minuman sesuai budaya lokal maupun menjelaskan tentang proses pembuatan dan penyajian ke tamu.
“Misalnya dalam promosi wisata kuliner bisa saja disampaikan makanan yang disajikan itu kesukaan Sultan Hamengku Buwono kesekian di masa lalu,” sarannya.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Herman Tony menambahkan, pengelolaan homestay punya beberapa keunikan. Di antaranya lebih dekat dengan alam, memberikan kebebesan dalam pengaturan acara dan bergaul serta lebih banyak kontak dengan sesama wisatawan. “Juga penduduk setempat dan kebudayaannya,” katanya.
Pelatihan yang diadakan Kementerian Pariwisata RI melalui Dinas Pariwisata DIY itu berlangsung selama tiga hari. Kepala Seksi Kelembagaan Dinas Pariwisata DIY Titik Sulistyani menjelaskan, pelatihan berlangsung hingga Rabu (18/7). “Pesertanya adalah para pelaku pariwisata se-DIY,” jelas Titik Setelah pelatihan pengelolaan homestay dilanjutkan pelatihan pemandu wisata serta workshop Sadar Wisata dan Sapta Pesona.
Pelatihan dibuka Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta. Dalam sambutannya Aris mengatakan, homestay dan kuliner memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan pariwisata di DIY. Bahkan kuliner ikut menyumbang pendapatan daerah dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. (kus/mg1)