SLAWI – Sebanyak 18 desa di Kabupaten Tegal dilanda kekeringan. Belasan desa itu berada di Kecamatan Warureja, Suradadi, Jatinegara, dan Balapulang. Kini, warga dari desa-desa itu hanya bergantung pada bantuan air bersih.
“Awalnya cuma 12 desa dari tiga kecamatan yang kekeringan. Tapi sekarang meluas menjadi 18 desa dari empat kecamatan,” kata staf Humas PMI Kabupaten Tegal Muhamad Ilman Sabtu (11/8).
Ilman merinci, di Kecamatan Warureja ada enam desa yang krisis air bersih, yakni Kedungkelor, Banjaragung, Banjarturi, Rangimulya, Kreman, dan Sukareja. Kemudian di Kecamatan Suradadi terdiri dari Desa Purwahamba, Gembongdadi, Kertasari, Jatimulya, Karangmulya, dan Harjosari.
Sedangkan di Kecamatan Jatinegara meliputi Desa Penyalahan, Tamansari, Lebakwangi, Lembahsari, dan Dukuhbangsa. Sementara di Kecamatan Balapulang krisis air bersih dialami warga di Desa Kalibakung.
“Walaupun sudah banyak bantuan air bersih, tapi beberapa desa masih ada yang kekeringan. Kekeringan semakin meluas,” ucapnya.
Ilman menambahkan, penyaluran bantuan air bersih dilakukan PMI bekerja sama dengan sejumlah instansi dan komunitas, antara lain Lazizmu, BPBD, dan Rapi.
Selain dari lembaga itu, ada beberapa instansi lainnya yang juga sudah menyalurkan bantuan air bersih. Misalnya, Polres Tegal, Pemkab Tegal melalui anggaran Bazda, dan sejumlah instansi pemerintah lainnya.
“Air bersih yang sudah disalurkan ke 18 desa itu totalnya 286.000 liter atau 51 tangki sejak 17 Juli sampai 10 Agustus,” ujar Ilman.
Sementara itu, kemarau yang melanda wilayah selatan Kabupaten Brebes, dampaknya mulai dirasakan warga Desa Kalinusu, Kecamatan Kaloran.
Saat ini mereka kesulitan mendapatkan air bersih lantaran sumber air yang ada di pemukiman warga mulai mengering. Akibatnya, mereka terpaksa memanfaatkan air Sungai Keruh yang melintasi wilayahnya.
Wahyu, 44, salah seorang warga yang tinggal di Dukuh Glempang, desa setempat mengatakan, sudah lebih dari satu bulan terakhir ini air sumur di rumahnya menyusut. Dengan demikian, hanya digunakan untuk keperluan konsumsi saja.
“Itupun sudah sangat kurang. Sebab air sumur hanya bisa diambil pagi hari saja. Hanya bisa untuk memasak air dan mencuci beras, setelah itu sudah kembali berlumpur karena menyusut,” ungkapnya ditemui Minggu (12/8).
Dampak dari kondisi tersebut, saat ini dia bersama warga lainnya terpaksa harus berjalan menuju aliran Sungai Keruh demi memenuhi kebutuhan air setiap harinya.
“Untuk mencuci dan mandi kita gunakan air sungai. Kami juga buat sumur kecil (belik) di sungai untuk memgambil air yang lebih jernih, sehingga bisa dibawa pulang,” kata Wahyu.
Kades Kalinusu Syahroni mengatakan, terdapat sedikitnya 700 jiwa yang tinggal di tiga pedukuhan mengalami kesulitan air bersih saat ini. Ketiga pedukuhan tersebut yakni, Dukuh Kemiri sebanyak 200 Kepala Keluarga (KK), Dukuh Glempang 175 KK dan Dukuh Saljan sebanyak 100 KK.
Menyikapi kondisi kesulitan air bersih tersebut, pemerintah desa telah melayangkan surat permohonan bantuan air bersih yang ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten Brebes melalui Kantor Kecamatan Bumiayu. (yer/gun/pri/fat/jpg/ila)