GUNUNGKIDUL – Dampak kekeringan di bumi Handayani ternyata lebih luas. Tidak hanya dialami wilayah langganan krisis air, namun juga menyasar jiwa di luar zona kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mencatat 13 dari 18 kecamatan di Gunungkidul mengalami krisis air.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan wilayah baru terdampak kekeringan berada di tiga dusun wilayah Saptosari. Yaitu di Padukuhan Sawah sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK), Padukuhan Pringwulung 70 KK, dan Padukuhan Bendo 70 KK. Total ada 900 jiwa yang terdampak.
“Awalnya memang tidak mengajukan, namun belakangan mengusulkan droping air,” kata Edy Basuki saat dihubungi kemarin (14/8). Hingga kini BPBD Gunungkidul sudah mengirim 3.060 tangki.
Data yang dimiliki BPBD Gunungkidul menunjukan dampak terparah ada di wilayah Tepus dengan kekeringan menyerang 73 padukuhan, 8.232 kepala keluarga dan 32.851 jiwa. Total hingga pertengahan Agustus ini dampak kekeringan menyerang 117.116 jiwa
Dikonfirmasi terpisah Dukuh Pringsurat Ngloro Saptosari, Suparno, mengaku sampai dengan saat ini droping air dari pemerintah masih minim. Bantuan justru lebih banyak dari kalangan swasta. “Baru dari swasta itu juga sekali baruan, ya harapannya segera ada bantuan dropping,” kata Suparno.
Menurut dia, kekeringan sudah mulai dirasakan warganya sejak empat bulan terakhir. Wilayahnya sebenarnya sudah ada jaringan perpipaan PDAM, tapi Suparno mengaku tidak lancar. Karena kebutuhan air, warga terpaksa membeli sendiri. Bahkan ada yang hingga 10 tangki.
“Terpaksa kami membeli droping air dari swasta atau menerima bantuan dari pihak ketiga,” ujarnya. (gun/pra/mg1)