KULONPROGO – Seperti mengembangkan karier, menjadi anggota legislatif juga memiliki tingkat kepuasan tersendiri jika bisa mendapatkan program dan menyalurkan aspirasi masyarakat dengan skup yang lebih luas.
Salah satunya dilakukan oleh Bacaleg DPRD Provinsi dari Partai Gerindra Ika Damayanti Fatma Negara. Motivasinya maju sebagai bacaleg DPRD DIJ hanya ingin mendapatkan program sebanyak-banyaknya. Sebab menjadi anggota DPRD Kabupaten Kulonprogo dengan anggaran pemda yang minim.
“Programnya juga terbatas, konsekuensinya tidak maksimal ngopeni aspirasi rakyat sebagai bentuk tanggung jawab dewan,” ucap Ika yang masih aktif sebagai Anggota Banggar DPRD Kulonprogo ini.
Dijelaskan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kulonprogo minim, praktis programnya juga tidak banyak, bahkan untuk memperjuangkan aspirasi harus rebutan.
“Maju provinsi tanggungjawab tentu lebih besar, saat maju provinsi saya harus terun ke seluruh Kulonprogo, termasuk ke daerah selatan yang tentu memiliki karakter yang berbeda,” papar politikus Gerindra yang tinggal Jalan Gadingan, Kecamatan Wates, Kulonprogo ini.
Sementara itu sang suami, Bacaleg DPR RI Partai Gerindra Dapil Jateng VII (Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara) Kharisma Febriansyah, 38, lebih fokus mendekati generasi muda. Alasannya, generasi muda tidak hanya tahu dan paham politik, namun juga harus mau ikut turun ke dunia politik.
“Jika hanya berhenti ditataran wacana sangat disayangkan, sebab nasib bangsa itu ada di tangan generasi pemuda,” ucap Kepala Sekolah Kader Partai Gerindra ini.
Tepat Partai Gerindra dilahirkan pada Februari 2008, dia bertemu dengan orang dekat Prabowo Subiyanto, hingga akhirnya memutuskan ikut bergabung dengan Partai Gerindra di tahun 2009.
Berangkat dari kekalahan, beliau (Prabowo Subiyanto) mulai merintis sistem kaderisasi, dibuatlah embrio sekolah kader yang digawangi para seniro-seniro jendral-jendar sebagai punggawanya.
“Namun belum juga sesuai eksepekatsi Prabowo. Tahun 2010 awal saya dipercaya menjadi wakil kepala sekolah kader gerindra, tiga angkata berhasil lulus dengan baik. Tidak disangka kepala sekolah meninggal dunia, dan saya harus menggantikannya sampai sekarang, waktu itu saya masih berumur 30 tahun,” kenangnya.
Lebih dari 3.000 lebih lulusan kader Gerindra yang meliput anggota DPR RI, DPRD Provinsi DPRD Kabupaten, Fungsionaris Partai dan generasi muda partai Gerindra yang sengaja disiapkan untuk 20 tahun ke depan. Gerindra bertahan dan tidak pudar sebagai partai musiman.
“Nah tahun 2019 ini saya baru diijinkan maju, awalnya saya sebetulnya ingin maju DPD RI dengan perhitungan melalui struktural partai saja saya bisa mudah melenggang di kursi DPD RI. Tapi beruntung saya mengikuti saran pak Prabowo, dan betul putusan MK terbaru mensyaratkan anggota DPD RI tidak boleh berpartai,” ucapnya. (tom/ila)