SLEMAN – Setelah lebih dari 20 tahun terjun ke politik dan duduk di posisi penting, baru pada pemilu kali ini Mohammad Sofyan bersedia maju dalam pertarungan kursi legislatif. Sebelumnya, salah satu pendiri dan deklarator Partai Amanat Nasional di Kota Jogja itu tidak pernah mau maju.

Padahal Sofyan mantan Ketua Partai di DPD PAN Kota Jogja, juga sebagai ketua tim pilpres dan pilwali di Jogja di beberapa edisi. Dan saat ini menjabat sebagai ketua MPP DPD PAN kota jogja. Dia lebih banyak berkegiatan di bidang sosial dan menekuni pekerjanya sebagai konsultan bisnis dan marketing produk asuransi, herbal yang populer dan Usaha Kecil Mikro UKM

“Sekarang saya ditugasi untuk menjadi caleg DPRD DIJ Dapil Kota Jogja. Dulu saya berpolitik dan aktif di partai, tapi bagi saya orientasi saya saat itu berpartai adalah pertimbangan idiologis dan  ibadah, apapun posisi kita, jadi ukurannya bukanlah kekuasaan ataupun jabatan tapi diukur dengan seberapa besar kontribusi manfaat kita bagi orang banyak dan bernilaikan ibadah.

Tapi sekarang ini saya baru terpanggil untuk nyaleg. Agar  bisa mengakses langsung dalam  memperjuangkan dan berkontribusi politik secara maksimal dan efektif bagi kepentingan dan manfaat bagi orang banyak, sudah saatnya langsung berada di dalam sistem demokrasi yaitu parlemen. Di DIY,” katanya di program Morning Tea with the Candidate, Selasa (18/9).

Alumnus SMA 1 Teladan Jogja dan Teknik Geodesi UGM ini memiliki banyak kegiatan sosial yang menyita waktu. Seperti ketua RW, ketua takmir, dewan masjid dan ketua forum Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang tupoksinya adalah mengatasi kekumuhandan kemiskinan  di Jogja. Namun, setelah kedua anaknya lulus UGM dan ITB dia menilai saatnya bermanfaat untuk lebih banyak orang.

Ada beberapa poin yang menjadi fokusnya, salah satunya isu kemiskinan. Dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan model pendampingan usaha kecil menengah, dia menilai bisa efektif mengurangi angka kemiskinan. Selain itu masih perlunya perbaikan dan peningkatan serta pengelolan infrastruktur untuk mengurai kemacetan lalu lintas.

“Pembangunan infrastruktur yang mengatasi permasalahan,” bebernya.

Selain itu, di sektor pendidikan dan kesehatan, dia menyoroti gaji pegawai honorer dan guru tidak tetap yang masih memprihatinkan. Juga pelayanan kesehatan yang perlu standar di semua rumah sakit baik swasta maupun negeri.

“Kesejahteraan guru perlu diperjuangkan dan masalah kesehatan masyarakat perlu mendapat pelayanan maksimal sesuai standar dan berkeadilan,” ujar warga Patehan Wetan, Jogja itu.

Selanjutnya dia berharap pemilu mendatang bisa berjalan bersih, ceria, damai, terbebas dari intimidasi dan praktik-praktik politik uang. Saatnya adu ide dan gagasan tidak dengan gontok-gontokan yang memutus silaturahmi. Pemilu hanya proses demokrasi sesaat  yang harus dilalui untuk memilih wakil rakyat yang terbaik. Baginya pemilu adalah momen kontestasi dalam membangun kepercayaan terhadap publik.

Kepercayaan harus dijaga, amanah, sesuai dengan keinginan rakyat dan memberikan kinerja yang terbaik, berkomitmen memberikan manfaat untuk orang banyak” harapnya. (riz/ila)