SLEMAN – Terjun di dunia politik mulanya tak pernah terpikirkan oleh Risa Karmida, 35. Namun, keprihatinannya melihat banyak pemuda yang apatis terhadap politik, mendorongnya maju sebaga bakal calon legislatif (bacaleg).
Risa maju dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai bacaleg DPRD DIJ daerah pemilihan (Dapil) I meliputi Kota Jogja.
Di samping masyarakat yang apatis, “iklim” buruk politik Indonesia saat ini juga menjadi kegelisahannya. Risa pun tak bisa tinggal diam melihat maraknya ujaran-ujaran kebencian menjelang Pilpres 2019 mendatang. Oleh sebab itu, dia termotivasi untuk melakukan suatu gerakan.
Hadirnya PSI di kancah Pemilu menjadi faktor lain yang membuat Risa kian yakin maju sebagai caleg. Di matanya, PSI adalah wadah yang pas dengan visi dan misinya di dunia politik.
“PSI sangat bisa menjawab segala kegelisahan saya atas iklim politik Indonesia sekarang,” tutur perempuan yang lama berkecimpung sebagai reporter televisi swasta itu.
Tak hanya pas dengan visi dan misi, Risa berpendapat PSI mampu menciptakan kondisi antikorupsi, anti-intoleransi, terbuka, dan progresif. Anti-intoleransi tersebut juga menjadi visi dan misi Risa dalam bersaing di bursa Pileg 2019.
Selain itu, Risa juga ingin meningkatkan bidang pendidikan dan ekonomi. Di bidang pendidikan, Risa berharap penanaman karakter mulia harus ditanamkan sejak dini. Sedangkan pada aspek ekonomi, dia menyoroti masalah Upah Minimum Kota/ Kabupaten (UMK) yang masih rendah.
Terkait masalah pembangunan, alumnus Ilmu Komunikasi Undip ini ingin ruang terbuka hijau diperbanyak. “Taman kota yang gratis bisa menjadi ajang kreativitas anak muda dan rekreasi keluarga,” ujar ibu dua anak ini.
Untuk menyampaikan visi dan misinya, Risa kelak ingin melakukan kampanye yang “mengena” di hati masyarakat.
“Karena cenderung fokus pada dunia pendidikan, maka saya ingin berbagi ilmu kepada masyarakat,” ujar Risa yang kini aktif sebagai dosen tamu di beberapa universitas. Sembari berbagi ilmu tersebut, dia ingin menyosialisasikan visi dan misinya.
Keputusan Risa berkecimpung di dunia politik sempat membuat keluarganya terkejut. “Mereka (keluarga) sempat kaget saya nyaleg, kok bisa?,” ucap perempuan yang hobi bermain teater itu. Kendati demikian, dia tetap yakin, terlebih sang suami juga mendukungnya. (cr9/ila)