Simbol Bersihkan Hati Para Calon Penguasa

GUNUNGKIDUL – Ratusan pusaka meliputi keris dan tombak dijamas di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Senin (8/10). Kegiatan bertajuk Jamasan Tosan Aji tersebut dilakukan menjelang pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak.

Dalam kegiatan tersebut sedikitnya 100 keris serta empat tombak peninggalan keraton dimandikan oleh para abdi dalem. Prosesnya berlangsung sekitar 30 menit. Sebelumnya pusaka-pusaka ini telah diikutkan ritual dan pembacaan doa. “Ini menjadi salah satu upaya kami agar budaya atau tradisi merawat pusaka bisa tetap bertahan di DIJ, khususnya Gunungkidul,” kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Gunungkidul, Agus Kamtono.

Kegiatan jamasan rutin dilangsungkan setiap Sura sesuai penanggalan Jawa. Pemilihan waktu pemandian pusaka atau jamasan sendiri dilakukan setelah Keraton Jogjakarta melangsungkan lebih dulu.

Ketua Dewan Kebudayaan Gununungkidul CB Supriyanto mengatakan, aktivitas jamasan juga dilaksanakan di pelosok desa. Biasanya pelestarian budaya seperti ini difokuskan di satu tempat. “Agar masyarakat sekitar juga tahu bagaimana tata cara jamasan yang benar. Selain itu agar pusaka bisa terawat dengan baik,” ucapnya.

Menurut dia, sebelum jamasan itu dimulai, pada Minggu malam terlebih dahulu dilangsungkan sarasehan di Bangsal Sewokoprojo. Dalam acara itu juga dijelaskan tentang bagaimana merawat pusaka dan kenapa harus dirawat. “Sekaligus dijelaskan tentang filosofi pusaka. Termasuk para pemilik keris juga harus tahu tentang silsilah dan makna keris miliknya,” ucapnya.

Dikatakan, pusaka khusunya berjenis keris tersebar di 30 desa di Gunungkidul. Sementara untuk lima tombak merupakan peninggalan Keraton Jogjakarta. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa lebih paham tata cara merawat pusaka yang baik. Hal ini agar kelestarian budaya bisa tetap terjaga.

“Jika ada yang menganggap jamasan dikaitkan dengan pelaksanaan pilkades atau pemilu itu sugesti saja,” ujarnya.
Namun secara batiniah, prosesi ini dimaknai sebagai simbol membersihkan hati para calon penguasa. Sebelumnya abdi dalem Kraton Jogja KRT Sarwo menyampaikan, secara lahiriah, jamasan diartikan membersihkan benda pusaka keraton. Namun secara batiniah, berarti membersihkan hati masyarakat, penguasa atau calon penguasai dari perbuatan kotor. (gun/din/rg/mo2)