JOGJA – Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih menjadi andalan perekonomian di DIJ. Pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) diyakini mampu menjadi pintu gerbang bagi pelaku UMKM menyebarluaskan produknya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIJ Budi Hanoto menilai DIJ akan mengalami perubahan besar tatkala bandara baru diresmikan. Itu yang mendorong KPBI DIJ merangkul seluruh pegiat UMKM di DIJ. “Untuk menggali potensi sehingga bisa menaikkan kelas sektor tersebut,” kata Budi saat membuka acara Kurasi UMK DIJ, Road to Grebeg UMKM DIJ 2018, Senin (29/10).
Budi mengatakan, hingga 2018 ini, sektor UMKM masih menjadi salah satu pemberi kontribusi terbesar dalam bisnis di DIJ. Persentasenya bahkan mencapai 98,4, sedangkan sisanya dari industri besar. “Itu kenapa mereka (pegiat UMKM) menjadi penopang bisnis di Jogjakarta,” tutur Budi.
Disadarinya masih ada pegiat UMKM yang lemah dalam hal permodalan, teknologi, hingga akses pasar. Karena itu KPBI DIJ mengaku akan berusaha memfasilitasi mereka agar kualitas produk UMKM lebih baik.
Tak hanya itu, melalui acara Grebek UMKM tersebut diharapkan para peserta bisa menghadapi tantangan dunia tanpa batas. Selain menaikkan kelas produk ke tingkat premium, para peserta juga harus mulai berani memasuki dunia e-commerce, digital marketing, dan halal lifestyle.
Sedangkan untuk Halal Lifstyle, akan bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia, BPPOM, dan Halal Centre. Budi mengungkapkan, hal itu sesuai mandatori dari pemerintah tentang jaminan produk halal. Nantinya, peserta UMKM yang lolos secara higienitas dan kehalalannya akan menerima sertifikat.
Menjelang Grebek UMKM DIJ 2018, setidaknya ada 135 peserta yang akan dikurasi atau diseleksi. Ada tiga kurator yang akan menilai dan memberi advice terkait produk UMKM. Para kurator tersebut terdiri dari tiga bidang berbeda, yakni makanan atau kuliner, fashion, dan kerajinan. (cr9/pra)