GUNUNGKDUL – Efek badai Cempaka yang tahun lalu melanda wilayah Gunungkidul, membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat bersiaga tahun ini. Termasuk dengan membuat peta potensi bencana yang ada di bumi Handayani.

Kepala BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, peta bencana rawan bencana berlangsung disejumlah wilayah. Untuk longsor tingkat kerawanan ada di Kecamatan Purwosari, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong.

“Kemudian untuk wilayah rawan banjir berada di perkotaan, kecuali jika terjadi banjir dalam skala besar. Wilayah yang sebenarnya tidak masuk dalam peta rawan bencana ternyata juga terdampak,” kata Eddy Basuki saat dihubungi Minggu (11/11).

Sedang untuk wilayah di luar zona merah BPBD mengimbau kepada warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai oya untuk meningkatkan kewaspadaan. Dari sisi kesiapan warga, saat ini juga telah terbentuk desa tangguh bencana (destana). Jumlah destana yang dikembangkan BPBD sekitar 36 desa.

“Pembentukan destana sangat penting karena Gunungkidul rawan bencana baik tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kekeringan, gempa bumi hingga tsunami,” ujarnya.

Meski informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, saat ini musim pancaroba dan intensitas hujan belum tinggi namun potensi bencana seperti angin puting beliung perlu diwaspadai. “Potensi angin kencang merata disemua wilayah kecamatan,”

Sedang untuk memaksimalkan upaya penenganan, pihak terkait membentuk jaringan cepat tanggap melalui grup pesan singkat WhatsApp (WA).

Penggunaan media sosial tersebut supaya respon saat terjadi bencana bisa lebih cepat.

“Melalui grup WA, informasi dampak bencana bisa terdeteksi dengan mudah. Begitu ada laporan maka petugas menuju lokasi,” terangnya.

Sementara itu, Koordinator SAR Satlinmas Korwil II Marjono mengatakan, awal musim penghujan gelombang pantai selatan cenderung landau. Akan tetapi pihaknya tetap mengimbau kepada pengunjung maupun nelayan agar waspada terhadap arus balik gelombang laut.

“Terutama daerah-daerah yang di dekat palung. Karena saat gelombang landai seperti ini titik rendah arus balik sangat berbahaya,” kata Marjono. (gun/pra/er/mg3)