SECARA khusus dia juga meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyiapkan langkah preventif untuk meminimalkan terjadinya bencana dalam musim penghujan ini.

Seluruh camat diminta melakukan langkah kesiapsiagaan dengan mengidentifikasi desa-desa yang mempunyai potensi bencana baik banjir dan longsor. BPBD telah melayangkan surat edaran itu sebelum datangnya musim penghujan tiba.

Peningkatan koordinasi kebencanaan dalam menghadapi musim penghujan juga telah dilakukan dengan perangkat daerah serta instansi vertikal di daerah. Selain itu juga mengintensifkan penyelenggaraan rapat Tim Kaji Bencana untuk mengidentifikasi dan verifikasi cakupan lokasi bencana, serta menerima masukan dan usulan dari perangkat daerah terkait dan masyarakat.

KOORDINASI: Pelatihan penyusunan dokumen Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitu Pasna)
KEMANUSIAAN: Droping air bersih saat musim kemarau ke sejumlah wilayah yang rawan kekeringan.

Tidak kalah penting adalah membuka posko atau pos siaga bencana banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah di Kabupaten Purworejo. Pemanfaatan aplikasi WhatsApp (WA) juga dimaksimalkan untuk menerima laporan saat terjadinya bencana. Penyebarluasan nomor telah dilakukan sehingga diketahui masyarakat, dengan harapan proses pelaporan akan berjalan dengan cepat. ”Adanya laporan dari masyarakat akan menentukan cepat tidaknya penanganan di daerah yang terkena bencana,” kata Agus Bastian, Rabu (21/11). Bupati juga meminta masyarakat untuk terus melakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

TANGGUNG JAWAB BERSAMA: Rapat koordinasi penanganan bencana longsor dan banjir.
ANTISIPASI: Pengecekan early warning system (EWS) longsor di Desa Jelok Kecamatan Kaligesing.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Purworejo Sutrisno mengungkapkan, Kantor BPBD di Jalan Sarwo Edhi Wibowo No 14 akan menjadi posko utama dalam menghadapi musim penghujan ini. Ini telah dilakukan beberapa tahun lalu. Sedangkan pembukaan posko di kecamatan akan dilakukan jika di lapangan membutuhkan penanganan secara cepat.

SUTRISNO (Kepala Pelaksana BPBD Purworejo)

Untuk sementara waktu memang akan difokuskan di Kantor BPBD terlebih dahulu, dimana akan membuka 24 jam. Tidak saja personel dari BPBD saja, tapi ada beberapa unsur lain. ”Seperti dari TNI/Polri, Tagana, dan relawan yang lain,” ujar Sutrisno.

Disampaikannya, seluruh peralatanan penanganan kebencanaan telah disiapkan. Itu termasuk armada angkutan. Khusus untuk kendaraan operasional berupa truk yang disiapkan telah memiliki kelengkapan peralatan minimalis. Ini dilakukan jika sewaktu-waktu dibutuhkan, armada akan langsung turun dan melakukan penanganan.

Kejadian bencana sendiri di awal musim penghujan ini telah terjadi di beberapa tempat. Seluruhnya merupakan bencana tanah longsor di beberapa kecamatan. Penanganan telah dilakukan. Personel melakukan assessment dengan mendatangi lokasi, menginvetarisasi kebutuhan serta menya lurkan logistik yang diperlukan.

”Awal musim penghujan sudah ada beberapa titik yang mengalami longsor. Semua sudah tertangani dengan melibatkan beberapa unsur dari masyara kat maupun lintas sektor,” imbuh Sutrisno.

Langkah preventif juga telah dilakukan. Setidaknya kawasan yang menjadi rawan bencana telah dilakukan sosialisasi dan tidak sedikit yang dilakukan simulasi kebencanaan. Harapannya, saat terjadi bencana masyarakat tidak panik dan bisa mengambil langkah cepat. Sebenarnya tidak hanya yang bencana longsor dan banjir saja yang di sentuh. Beberapa lokasi yang selama ini rawan tsunami juga ditangani. ”Tahun ini, kami menggelar geladi lapang tsunami yang melibatkan banyak pihak,” jelas Sutrisno.

Tsunami menjadi isu menarik belakangan ini, karena terjadi di beberapa tempat. Bahkan saat ada tsunami yang memorak-porandakan Pantai Pangandaran, dampaknya hingga Purworejo. Hanya saja kondisinya masih relatif tidak merusakkan fasilitas yang ada.

Penempatan early warning system (EWS) di kawasan pesisir pantai juga telah menjadi bagian langkah antisipasi. Seluruh peralatan yang ada siap digunakan, karena saban bulannya, peralatan tersebut selalu diujicobakan.

Disinggung tentang adanya status siaga darurat, Sutrisno mengungkapkan jika pihaknya telah mengajukannya ke bupati Purworejo. Penetapan status itu didasarkan beberapa pertimbangan. Di antaranya sudah ada surat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa awal musim penghujan dimulai November ini. Selain itu beberapa kejadian bencana juga sudah terjadi.

Surat dari BMKG sebagai dasar sudah harus siap siaga, karena sudah ada pernyataan dari BMKG. Dan kejadian juga sudah ada. ”Sebetulnya hujan mulai deras itu sudah boleh (pengajuan SK) tetapi sekarang kejadian kan sudah ada. Ada rumah roboh sendiri, terkena longsoran juga ada,” kata Sutrisno. (adv/mg3)