Kontur tanah di SMAN 1 Banguntapan berbeda dengan wilayah lainnya. Yakni didominasi tanah berpasir. Kondisi tersebut membawa dampak di musim kemarau dan hujan. Jika kemarau, perlu banyak air untuk menyiram tanaman. Diperlukan beberapa tandon air. Sedangkan di musim hujan, air hujan mudah meresap. “Solusinya memperbanyak tanaman dan penambahan sumur resapan,” kata Koordinator Adiwiyata SMAN 1 Banguntapan Sri Wahyuningsih
Mengenai air, pada 2013 sekolah menerapkan kebijakan larangan menjual air minum kemasan di lingkungan sekolah. Hal itu sebagai upaya mengurangi sampah plastik. Solusinya, sekolah menyediakan mesin penjernih air yang langsung diminum di koperasi. Siswa dapat membisa beli dengan membawa wadah sendiri.
Selain mengurangi penggunaan sampah botol plastik, sekolah juga mengeluarkan aturan di kantin untuk tidak boleh menjual makanan yang dikemas dalam plastik pabrikan. Sehingga kantin hanya menjual makanan yang langsung dimasak. Dampaknya, sampah botol plastik dan bungkus plastik dapat ditekan.
Di bidang energi, guru dan siswa diingatkan untuk segera mematikan komputer, lampu, kipas angin, LCD dan air kran. Juga kampanye Engine Off yaitu mengurangi polusi udara dengan mematikan mesin kendaraan ketika memasuki gerbang sekolah setiap hari Rabu. Wahyu mengatakan, menjalankan hal tersebut tidaklah mudah. Perlu waktu dan proses yang panjang.
hal tersulit merintis Sekolah Adiwiyata adalah mengubah pola pikir guru dan murid untuk bersama-sama dalam satu visi. Sebab perlu pengertian, pemahaman dan pendekatan yang konsisten. Karena, beberapa menyebut menjadikan lingkungan sejuk dan sehat dengan Sekolah Adiwiyata bukan tugas utama sekolah. Namun tugas Badan Lingkungan Hidup dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kadang fokus utama guru atau sekolah adalah bagaimana bisa meningkatkan prestasi siswa. Sedangkan Sekolah Adiwiyata belum dijadikan sebuah prioritas. Namun dengan ikhlas dan konsisten terus-menerus saat ini mulai menuai hasilnya. Dan itu menggembirakan,” tuturnya.
Dia berharap, dengan adanya Adiwiyata, kebiasaan berperilaku cinta kebersihan dan lingkungan yang dijalankan di sekolah juga dapat diterapkan oleh semua warga sekolah di lingkunga rumahnya. Para siswa jadi lebih peduli dengan lingkunganya. Sehingga jika karakter dan kebiasaan baik tersebut terus terbawa maka akan membawa dampak yang luas.
“Adiwiyata mengajarkan ketika memakai barang apapun, juga dapat mengelola sampahnya. Juga tidak membuang sampah sembarangan. Kesadaran itu kami harap bisa berimbas dari sekolah ke masyarakat. contohnya ketika hari raya atau even-even dengan berkumpulnya banyak orang, dengan sendirinya mereka dapat mengelola sampahnya,” paparnya. (riz/kus/zl/mg3)