SLEMAN – 2019 adalah tahun yang akan membuat semua orang, utamanya warga Indonesia, merasa deg-degan. Sebab, 2019 merupakan tahun politik yang tentunya akan banyak perang opini terkait Pilpres dan Pileg. Nah, bahkan terkadang beda pendapat bisa terjadi dalam satu keluarga.
”Film Keluarga Cemara yang akan diputar 3 Januari ini ibaratnya sebagai pembuka dan pengingat, bahwa apapun yang terjadi semua akan kembali pada keluarga,” ujar Produser sekaligus penulis naskah Keluarga Cemara Gina S. Noer saat berkunjung ke Radar Jogja.
Film ini merupakan debut pertama istri penulis scenario Salman Aristo. Menurutnya, menjadi produser itu seperti kembali ke cinta pertama, karena sebelumnya banyak berkecimpung dalam hal penulisan, hingga akhirnya ingin mencoba untuk lebih detail lagi bagaimana menjaga aturan main dalam pembuatan sebuah film.
”Saya merasa film pertama sebagai produser haruslah yang spesial dan jatuhlah pada Keluarga Cemara, karena kebetulan saya juga sudah berkeluarga dan tema yang berkaitan dengan keluarga itu tak akan pernah ada habisnya,” ujar Gina yang merasa senang karena mendapatkan apresiasi yang besar dari penonton di Jogjakarta di ajang Jogja Asian Film Festival (JAFF).
Menurutnya, apresiasi yang besar buat pembuat film, ketika filmnya bertemu dengan penonton yang sesuai atau tepat sasaran. Misalnya saja saat world preimere di JAFF, penonton sampai mengular di pemutaran hari kedua, dan terdapat sejumlah keluarga yang mengajak anak-anak mereka menonton film Keluarga Cemara.
”Bahkan ada anak sekitar usia 10 tahun yang komentar, kenapa ya film ini sangat mengharukan. Tak hanya bagi anak-anak, film ini juga challenge bagi para ayah usai menonton film ini. Kira-kira para ayah ini bakalan nangis nggak ya,” ungkapnya.
Apalagi, menurut Gina, ada satu adegan yang membuat kru film menangis saat proses syuting. ”Bahkan Ringgo Agus Rahman, pemain Bapak, juga menangis sampai sesenggukan saat kita nonton bareng film ini,” tutur peraih Piala Citra untuk Penulis Naskah Terbaik pada FFI 2012 lalu. (ila)