BANTUL – Usai sukses menggelar pameran Caraka #1 saat Hari Pendidikan, 2 Mei silam, tak lama lagi Caraka #2 akan berlangsung. Bedanya, kali ini seniman yang terlibat akan berkolaborasi dengan anak-anak dari Sanggar Anak Alam (Salam).
Menurut Kurator Caraka Rain Rosidi, Caraka yang diambil dari gagasan Cipta Rasa Karsa mengenai kebudayaan dan pendidikan (Ki Hajar Dewantara) digunakan untuk meringkus banyak dinamika pembelajaran di Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam bentuk seni rupa.
Setelah upaya yang pertama memanggungkan karya-karya beberapa seniman dari orang tua dan kerabat Salam dilakukan dan mendapat tanggapan baik dari publik, maka gagasan persandingan antara seni rupa dan pendidikan itu kembali dipanggungkan. ”Kali ini dengan cara membuka keterlibatan anak-anak dalam kerja kolaboratif seni,” ungkapnya.
Caraka #2 ini akan diadakan dari 9-23 Desember 2018, mulai pukul 16.00. Khusus pembukaan akan dibuka oleh pelukis dan budayawan Nasirun. ”Rangkaian acara akan diikuti oleh beberapa pementasan musik, sastra, pemutaran film, dan pasar pangan sehat,” tuturnya.
Rain, sapaannya, mengungkapkan, kerja kolaboratif dengan anak-anak menjadi tantangan tersendiri bagi seniman, yang sebagian tidak terbiasa bersinggungan dengan dunia pendidikan dan anak-anak. Dunia seniman yang kreatif dan penuh kemungkinan dihadapkan pada dunia anak-anak yang tak kalah kreatif dan penuh kejutan. Maka tercetuslah ide untuk menengok kembali konsep ”tut wuri handayani” dari Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan.
”Konsep itu kurang lebih bermakna ”guru sebagai pendidik berada di belakang anak-anak dalam mendorong dan mengarahkan mereka”. Konsep ini sejalan dengan proses yang terjadi pada saat kolaborasi,” jelasnya.
Sebab, para seniman yang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan seni tertentu memberikan dorongan bagi anak-anak, serta membuka kemungkinan dan pemahaman baru untuk mengembangkan gagasan mereka sendiri.
Beragam teknik dan medium diperkenalkan pada anak-anak, mulai dari batik, patung, lukis, grafis, menggambar, grafiti, daur ulang, dan sebagainya. ”Ada sebelas perupa yang terlibat dan 36 anak-anak yang antusias berkolaborasi bersama mereka. Dalam waktu dua bulan yang singkat, perisitwa ini menjadi semacam wahana bermain bagi anak-anak dan seniman melalui seni rupa,” tuturnya. (ila)