Kegiatan Merti Dusun Banaran, Sendangadi, Mlati, Sleman menjadi momentum bagi dusun tersebut untuk berbenah. Termasuk menatap masa depan yang lebih baik. “Merti dusun kami maksudkan sebagai ajang instrospeksi dan evaluasi,” kata Ketua Panitia Merti Dusun Banaran Waljiyanto Minggu (9/12). “Kami juga mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia dan nikmatnya,” lanjut dia.
Merti Dusun Banaran terselenggara pada 25 November 2018. Acara yang mendapatkan dukungan Dinas Pariwisata DIY terdiri berbagai acara. Mulai bersih kampung, bersih sungai dan puncaknya pagelaran wayang kulit semalam suntuk. “Dalang yang tampil Ki Ismoyo dari Jogja,” katanya.
Merti dusun, sambung Waljiyanto, sebagai bentuk rasa syukur telah selesainya penataan kawasan bantaran Sungai Doso. Pagi hari setelah acara wayangan, penataan bantaran Sungai Doso yang membelah Dusun Banaran diresmikan Bupati Sleman Sri Purnomo. Penataan itu melalui program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Hasilnya, sepanjang bantaran sungai di Sungai Doso menjadi lebih bersih.
Ketua RW 13 Dusun Banaran Heru Sehana menjelaskan, penataan kawasan kumuh di dusunnya menelan biaya Rp 1,25 miliar. Dananya dari pemerintah pusat. Proses penataan itu berlangsung sejak 24 Mei hingga 24 September 2018.
Kondisi di bantaran Sungai Doso ini sebelumnya sangat memprihatinkan. Banyak warga yang abai dengan kebersihan. Perilaku warga yang gemar membuang sampah sembarangan sering terjadi.
Hasil dari program ini, kata Heru adalah pembangunan infrastruktur permukiman. Infrastruktur itu meliputi pembangunan gudang, jalan dibuat dengan paving block, tempat sampah, jembatan dan ruang terbuka hijau.
Saat peresmian Bupati Sleman Sri Purnomo meminta masyarakat agar menjaga kawasan yang telah ditata itu. “Jangan lagi buang sampah sembarangan,” pintanya.
Dia berharap tak ada lagi kawasan kumuh di Sleman. Dia memberikan apresiasi kepada warga Dusun Banaran. Sebab, banyak potensi yang dapat dikembangkan. Mulai dari wisata sampai dengan budaya. (har/kus/fn)