JOGJA- Tenaga pemasang  genteng metal dan rangka atap baja ringan bukan perkara mudah. Supaya bisa bersaing di dunia global, Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) bekerjasama dengan PT Tata Logam Lestari menggelar Pelatihan dan Sertifikasi bagi Aplikator Baja Ringan dan Genteng Metal di Balai Litbang Penerapan Teknologi Pemukiman Kementerian PUPR RI Jogja Rabu (16/1).

Kegiatan tersebut diikuti ratusan aplikator atau tukang dari DIJ, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kepala Balai Material dan Peralatan Konstruksi Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Tolhas Sidabutar menjelaskan, praktek di lapangan, tenaga atau tukang aplikator baja ringan yang terampil dan bersertifikat itu masih sangat langka. “Data pemerintah menyebutkan, dari 8,1 juta tenaga kerja atau aplikator, baru 10 persennya yang bersertifikat. Sisanya, adalah tenaga tukang yang terampil, tapi belum berlisensi,” jelasnya.

Menurut dia kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Terlebih, selain bahan baku berupa baja ringan dan rumus perhitungan, kualitas SDM yakni para tukangnya, juga sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas proyek secara keseluruhan.

“Kalau tidak segera berbenah, tukang Indonedia meskipun terampil, akan kalah bersaing dengan tenaga tukang asing yang memiliki sertifikat. Juga bisa dibayangkan kualitas bangunan atau proyek tidak akan maksimal,” tutur Tolhas.

Menurut Tolhas industri baja ringan, terutama genteng metal dan rangka atap baja ringan tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Jika awalnya hanya sebagian kecil yang memasarkan dan memasang genteng metal dan rangka atap baja ringan, saat ini di seluruh wilayah Indonesia mudah ditemukan produsen genteng metal dan baja ringan, baik sebagai penjual material maupun sebagai aplikator (pemasang).

Pemerintah sendiri sangat berkepentingan mempercepat penambahan aplikator baja ringan yang terampil dan bersertifikat. Selain merupakan amanat undang-undang, yaitu UU No 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, upaya ini juga bernilai strategis untuk mendorong daya kompetisi aplikator baja ringan kita di kawasan Asean.

“Target kami ada tambahan sedikitnya 170 ribu aplikator bersertifikat. Dengan demikian, tahun ini aplikator baja ringan yang berlisensi setidaknya mencapai 1.000 orang,” jelasnya.

Retail Development PT Tatalogam Lestari, Henky Prasetia menambahkan, dibanding material konvensional, konstruksi rangka atap baja ringan memiliki aturan-aturan struktur dalam pemasangannya yang harus sesuai dengan aturan teknis. “Khusus untuk rangka atap baja ringan, apabila aturan-aturan teknis ini dilanggar akan berdampak pada kegagalan struktur rangka atap baja ringan,” ungkapnya.

Dari segi material, disebutkan Hengky baja ringan juga membutuhkan perlakuan khusus agar tidak terjadi kerusakan yang nantinya akan berdampak pada kekuatan dan usia material itu sendiri. “Jadi memang kami sangat butuh aplikator dengan keahlian khusus, tenaga pemasang yang terlatih dan menguasai secara pasti standar pemasangan yang baik dan benar,” imbuhnya.

Pelatihan dan sertifikasi ini juga sangat penting sebagai modal guna menghadapi persaingan antar tenaga pemasang di Indonesia sendiri dan juga negara lain seiring dengan diberlakukannya perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) untuk SDM dibidang konstruksi. (ita/pra/fn)