(GRAFIS: HERPRI KARTUN/RADAR JOGJA)

GUNUNGKIDUL – Masyarakat lagi-lagi disuguhi ”drama” menjelang pemilu. Kemasan ”drama” kali ini mirip dengan Pemilu 2014: peredaran tabloid. Kontennya pun hampir serupa. Menyerang salah satu pasangan capres-cawapres. Bedanya, tabloid Obor Rakyat yang beredar menjelang Pemilu 2014 lebih menyerang personal Joko Widodo. Kali ini diduga menyerang pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Ya, badan pengawas pemilu (bawaslu) Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul Kamis (24/1) digegerkan dengan peredaran tabloid. Bahkan, tabloid dengan nama Indonesia Barokah di Gunungkidul dan Kulonprogo telah sampai ke tangan masyarakat.

”Kepada kantor pos, kami meminta agar tabloid yang belum tersebar supaya ditahan terlebih dahulu,” jelas Koordinator Divisi Penindakan Pelanggaran, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DIJ Sri R Werdiningsih saat memantau temuan paket berisi tabloid Indonesia Barokah di kantor Bawaslu Gunungkidul.

Hingga kemarinm (24/1) Sri belum mengetahui konten tabloid. Namun, Sri berjanji bakal mengkajinya. Agar salah satu penyelenggara pemilu itu dapat menentukan sikap. Bawaslu bakal bertindak tegas jika konten terbukti bertentangan dengan aturan.

”Jika kontennya ada kaitanya dengan pemilu akan ditindaklanjuti,” tegasnya.
Dalam pantauannya, paket tabloid ada yang masih berada di kantor pos. Namun, ada pula yang sudah dikirimkan ke penerimanya. Dari itu, Sri mengimbau agar penerimanya tidak menyebar luaskan.

BELUM TAHU ISINYA: Bawaslu Sleman bersama petugas kantor pos memeriksa 2.000 paket di Kantor Pos Sentra Pengelolaan Plemburan. Paket berisi tabloid itu dikirim melalui kereta api. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)

Ketua Bawaslu Gunungkidul Is Sumarsono menyebut peredaran tabloid diketahui dari laporan masyarakat. Dari penelusuran bawaslu diketahui, ada 1.771 paket yang dikirim ke Bumi Handayani. Penerimanya hampir seragam. Yakni, pengurus masjid dan musala.

”Ada 68 paket yang telanjur dikirim,” sebutnya.

Satu paket berisi tiga eksemplar tabloid. Dibungkus dengan plastik berwarna hitam. Sedangkan kemasan paket terbungkus amplop warna cokelat.

Meski ada beberapa pihak yang keberatan, Is menekankan, bawaslu tidak dapat melakukan penyitaan. Itu merujuk hasil koordinasi dengan Polres Gunungkidul.

”Tapi kalau nanti menjadi masalah hukum akan diambil alih bawaslu sebagai barang bukti,” ujarnya.

Koordinator Divisi Hukum, Data dan Informasi, Bawaslu Sleman Arjuna Al Ichsan Siregar mengungkapkan hal senada. Dia membutuhkan waktu untuk meneliti konten tabloid. Itu untuk mengetahui apakah konten mengandung unsur pelanggaran pemilu atau tidak.

Dia menyebut ada 2.000 paket yang ditemukan bawaslu. Seluruh paket masih berada di Kantor Pos Sentra Pengelolaan Plemburan. Alias belum dikirimkan ke penerimanya. Seperti di Gunungkidul, satu paket berisi tiga eksemplar. Alamat pengirimnya dari Pondok Melati, Bekasi. Dikirim melalui Kantor Pos di Jakarta Selatan.

”Penerimanya masjid dan pondok pesantren,” ungkapnya.

Yang berbeda, 2.000 paket itu tidak hanya dikirim ke Sleman. Melainkan juga Kota Jogja dan Bantul. Bahkan, ada beberapa penerimanya beralamatkan di Temanggung dan Klaten, Jawa Tengah.

Guna menghindari gejolak, Arjuna meminta kantor pos menunda pengirimannya. Hingga ada keputusan tabloid boleh dikirimkan.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Kulonprogo Ria Harlinawati mengaku tidak mengetahui berapa paket berisi tabloid yang dikirim ke wilayahnya. Yang pasti, Ria menyebut hampir seluruh kecamatan di Kulonprogo telah menerima paket itu.

”Hanya Kecamatan Kalibawang yang belum melaporkannya,” tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, Wakil Kepala Kantor Pos Sentra Pengelolaan Plemburan Mujiyono mengakui paket dengan tujuan Kulonprogo dan Gunungkidul telah dikirim. (gun/har/tom/zam/fn)