JOGJA – Kericuhan antar dua massa simpatisan partai politik terjadi di beberapa kawasan di Kota Jogja. Polresta Jogja sudah menerima dua laporan untuk penganiayaan baik tangan kosong maupun dengan senjata tajam. Tapi tidak ada penyerangan masjid.

Wakil Kapolda DIJ Brigjen Polisi Bimo Anggoro Seno menegaskan tidak ada penyerangan masjid di kawasan Jogokariyan. Kericuhan terjadi diluar lingkungan masjid tepatnya sisi barat Masjid Jogokariyan. Melibatkan simpatisan partai dengan pemuda sekitar masjid tersebut. Pernyataan tegas ini guna menjawab maraknya kabar burung, ada kabar bahwa sekelompok simpatisan partai menyerang masjid usai kegiatan di Mandala Krida,  Minggu (27/1).

“Sudah cek, jadi bukan masjid dilempari dan kejadiannya juga diluar kompleks masjid. Jangan termakan isu,” tegasnya saat ditemui di Hotel Grand Keisha, Senin (28/1).

Jenderal bintang satu ini meminta masyarakat tidak menyimpulkan secara sepihak. Terlebih informasi tersebut didapatkan dari sumber yang tidak valid. Ini karena imbasnya sangat berdampak pada kondisi keamanan di lingkungan masyarakat. Pihak-pihak terkait juga telah bertemu. “Sudah diselesaikan dengan muspika dan takmir. Tadi malam (27/1) sudah bertemu dan tidak ada masalah,” ujarnya.

Berdasarkan pengamatan Radar Jogja, kericuhan kericuhan terjadi di kawasan Ngampilan, Nitikan, parkir Ngabean, Sorosutan dan beberapa wilayah lainnya. Bimo menuturkan setidaknya ada dua laporan polisi masuk. Berupa penganiayaan baik tangan kosong maupun dengan senjata tajam. Dua lokasi penganiayaan berada di kawasan Nitikan dan Ngampilan.

“Sudah ada laporan yang masuk Polresta dan sudah ditindaklanjuti. Belum ada yang diamankan karena masih proses penyelidikan. Untuk korban luka bacok di Ngampilan,” katanya.

Sementara itu Kapolresta Jogja Kombes Pol Armaini menduga peristiwa yang terjadi di beberapa kawasan di Kota Jogja juga karena pengaruh alkohol. Sehingga ada dugaan bahwa  kesadaran mereka berkurang dan membuat sifat mereka menjadi lebih mudah marah. “Selain itu mungkin karena didasari dari sifat mereka yang ingin keliatan lebih jago,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Armaini mengaku sudah memetakan titik rawan konflik pemilu di wilayah Kota Jogja. Juga telah menyiapkan personil yang telah siaga melakukan penjagaan. Dan untuk memastikan pelaksanaan pemilu pada tahun ini lancar, Polresta Kota Jogja menyiapkan 586 personil yang bertugas mengamankan setiap tempat pemungutan suara.

Bimo menilai peristiwa tersebut setidaknya menjadi catatan penting bagi jajarannya. Terutama untuk memetakan titik rawan selama penyelenggaraan Pemilu 2019. Antisipasi kampanye terbuka termasuk dalam agenda operasi mantab brata progo. “Sudah identifikasi kantong yang gangguan seperti itu. Buat pengalaman semua terkait pengamanan bahkan tambah sampai ring IV,” ujarnya.

Sementara itu kejadian Jogokariyan juga berdampak pada sejumlah awak media. Berupa ancaman perkataan hingga todongan senjata tajam. Bahkan kartu memori kamera salah satu jurnalis televisi dirampas oleh oknum warga.

“Wartawan diancam, lapor saja itu masuk Pasal 335 KUHP, kami proses secara hukum. Ancamannya kalau kamu nulis kamu akan saya ini kan, lapor saja,” tegas Bimo. (dwi/cr5/pra)