Dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia mengalami perubahan pola penyakit atau yang sering disebut transisi epidemiologi. Di era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan atas, TBC, diare, dan lain-lain.

Namun sejak 2010, penyebab kesakitan dan kematian terbesar adalah penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, dan kencing manis. Dari 1990-2015, kematian akibat PTM meningkat dari 37 persen menjadi 57 persen. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular menurun dari 56 persen menjadi 38 persen.

Angka kesakitan dan kematian serta permintaan pelayanan kesehatan (pengobatan) diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini didorong perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung tidak aktif secara fisik. Konsumsi buah dan sayur yang rendah. Serta konsumsi rokok dan alkohol.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 33,5 persen penduduk tergolong kurang aktivitas fisik. Proporsi penduduk berusia lebih dari 10 tahun yang merokok masih cukup tinggi yaitu 23,5 persen. Sedangkan penduduk yang kurang mengonsumsi sayur dan buah mengalami peningkatan dari 93,5 persen di tahun 2013 menjadi 95,5 persen di tahun 2018.

Risiko PTM menjadi semakin tinggi karena transisi demografi. Yaitu semakin meningkatnya proporsi dan jumlah penduduk dewasa serta lanjut usia yang rentan terhadap PTM dan penyakit degeneratif.

Permasalahan kesehatan terkait penyakit tidak menular ini juga ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker di DIY menempati peringkat pertama se-Indonesia yaitu sebesar 4,9 persen. Selain itu, stroke dan hipertensi menempati peringkat kedua. Sedangkan diabetes melitus (DM) dan penyakit jantung berada peringkat ketiga se-Indonesia.

Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengupayakan penguatan peran masyarakat agar lebih bertanggung jawab atas derajat kesehatannya sendiri. Pemerintah pusat maupun daerah memfasilitasi dalam menyadarkan dan menumbuhkan kemampuan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM). Hal ini menjadi sangat penting dan harus dilakukan secara berkesinambungan.

Pada 27 Februari 2017 Presiden RI mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Germas merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana serta dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat dan komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Dalam mewujudkan hidup sehat terdapat enam ruang lingkup Germas yang meliputi :

1. Peningkatan Aktifitas Fisik
2. Peningkatan Perilaku Hidup Sehat
3. Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
4. Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
5. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan
6. Peningkatan Edukasi Hidup Sehat

Untuk memperkuat pelaksanaan Germas di daerah, pada 16 Juni 2017 Gubernur DIY mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Yogyakarta Sehat Lestari.

Pemda DIY melalui program Germas secara khusus mengingatkan masyarakat menjaga kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan dan mewujudkan Indonesia sehat.

Germas saat ini berfokus pada tiga aspek perubahan perilaku. Yakni melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, mengonsumsi sayur dan buah minimal lima porsi per hari, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi secara dini faktor resiko PTM yang ada pada setiap orang.

Tujuan dari program Germas adalah menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular. Baik kematian maupun kecatatan. Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan serta penguatan sistem kesehatan.

Pendekatan siklus hidup, jaminan kesehatan nasional (JKN) dan berfokus pada pemerataan layanan.

Dalam mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat pada 2019 ini, Dinas Kesehatan DIY akan melakukan kegiatan sosialisasi Germas untuk tokoh masyarakat dan masyarakat umum di tingkat desa.

Tujuannya, supaya lebih banyak masyarakat yang tahu, mau dan mampu untuk hidup sehat sehingga angka kejadian PTM dapat dicegah. Pelaksanaan sosialisasi Germas ini akan dimulai pada Februari hingga April 2019 pada 51 desa di lima kabupaten/kota se-DIY. Harapannya setelah sosialisasi, masyarakat lebih memahami manfaat Germas. Mampu mengimplementasikan pola hidup sehat serta melakukan kegiatan Germas di kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menurunkan prevalensi Penyakit Menular (PM) maupun Penyakit Tidak Menular (PTM).

Salam Sehat, Salam Germas. Sehat Diawali dari Kita.