PURWOREJO – Peringatan Hari Jadi ke-188 Kabupaten Purworejo tahun ini akan dikemas lebih istimewa. Salah satunya dengan melibatkan partisipasi desa- desa.

Menurutnya Ketua DPRD Purworejo Luhur Pambudi Mulyono, dengan usia yang lebih muda dibandingkan peringatan sebelumnya diharapkan bisa membawa spirit. “Penetapan 27 Februari sebagai hari jadi disesuaikan dengan fakta sejarah,’’ kata Luhur Pambudi saat mengikuti musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tingkat Kecamatan Banyuurip, Rabu (6/2).

Menurutnya, penentuan hari jadi itu bukan menjadi sebuah proses yang pendek. DPRD Purworejo yang memanfaatkan hak inisiatifnya untuk meninjau ulang perda sebelumnya dengan melibatkan banyak pihak. “Selama ini kita dalam merayakan hari jadi didasarkan pada Prasasti Kayu Arahiwang,” kata Luhur.

Padahal prasasti yang ditemukan di Desa Borowetan, Kecamatan Banyuurip tersebut cukup banyak di Jawa Tengah. Dia menyebut ada 47 kabupaten yang memiliki temuan serupa. Namun tidak ada yang menggunakan sebagai dasar penetapan hari jadi.

Khusus untuk menyambut hari jadi yang baru tersebut, Luhur mengharapkan desa ikut serta meramaikan. Hal itu sekaligus dimaksudkan untuk memberikan sosialisasi bagi masyarakat tentang hari jadi yang dimiliki Purworejo.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Agung Wibowo mengungkapkan, pemkab telah menyiapkan beberapa kegiatan untuk melakukan perayaan yang pertama kalinya tersebut.

Setidaknya ada tiga kegiatan utama yang telah disiapkan dan dilaksanakan Februari dan Maret ini. “Tapi sebelumnya ada beberapa prosesi yang lain seperti ziarah dan lainnya,” kata Agung.

Dalam puncak peringatan yakni tanggal 27 Februari, masyarakat akan disuguhi jumenengan RAA Cokronegoro I sebagai bupati Purworejo pertama. Sendratari jumenengan yang turut menyertai dalam kegiatan sebelumnya juga tetap diikutkan. “Rencananya kegiatan ini akan kami pindah dari pendopo ke Jalan Setyabudi. Ini agar masyarakat lebih leluasa menikmati,’’ kata Agung.

Dalam beberapa kesempatan, penyelenggaraan memang lebih banyak berada di dalam, baik di pendopo maupun halaman rumah dinas bupati. Belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, antusiasme masyarakat cukup tinggi padahal halaman rumah dinas sendiri cukup terbatas.

“Jumenengan dan sendratari ini akan kami lakukan malam hari, jadi di malam 28 Februari,’’ imbuh Agung.

Dua agenda lain adalah parade budaya yang akan menurunkan grup marching band dari Akmil Magelang pada 2 Maret. Dalam perhelatan ini akan dimeriahkan dengan parade kereta kencana, yang antara lain akan menurunkan kereta kencana yang ada di pendopo serta meminjam dari Jogjakarta.

“Seluruh kepala OPD akan terlibat, kepala dinas akan naik dokar, camat menunggang kuda serta jajarannya akan menjadi bregodo,” katanya.
Sedangkan 3 Maret akan diselenggarakan jalan sehat yang bisa diikuti seluruh lapisan masyarakat. (udi/din/riz)