JOGJA- Usaha jasa pariwisata yang beroperasi di DIY harus memiliki standarisasi. Karena itu untuk meningkatkan daya saing industri pariwisata dan menyambut bandara baru, New Yogyakarta Internasioal Airport (NYIA) Dinas Pariwisata DIY menggelar bimbingan teknis (bimtek) terkait penetapan standarisasi usaha biro perjalanan wisata.

Bimtek yang diikuti oleh 40 peserta tersebut, diselenggarakan di Hotel Royal Darmo Malioboro, Kamis (7/2). Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinpar DIY Rose Sutikno mengatakan, usaha biro perjalanan wisata saat ini berkembang pesat. Apalagi menghadapi NYIA, perlu adanya peran daripada biro perjalanan wisata untuk meningkatkan produk dan mutu pelayanannya.

“Bimtek kali ini merupakan implementasi dari Permen Parekraf No 4/2014 tentang standar usaha jasa perjalanan wisata,” katanya.

Rose mengaku, selama ini pihaknya berusaha untuk mengutamakan image Jogjakarta sebagai kita wisata. Sebagaimana visi Gubernur, Jogjakarta menjadi tujuan utama wisata Asia, jangan sampai ini menjadi lemah gara- gara biro perjalanan pariwisatanya.

“Pelayanan kepada wisatawan menjadi penting karena mempengaruhi masa tinggal mereka. Dibanding kota- kota wisata lainnya, lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke Jogjakarta hanya berlangsung singkat yakni satu sampai dua hari,” ujarnya.

Untuk itu sinergitas antar bidang menjadi kunci utama. Misalnya seperti perhotelan, wisma, restaurant, hingga penyedia destinasi wisata. Selain itu biro perjalanan wisata juga dituntut kreatif untuk membuat paket- paket perjalanan.

“Kalau cuma ke Malioboro dan Keraton itukan sudah biasa. Coba cari destinasi wisata lain seperti alam atau yang lainnya supaya wisatawan ini bisa berlama- lama disini,” ungkapnya.

Menurut Rose, melalui standarisasi tersebut pengusaha biro perjalanan wisata tidak hanya memperbaiki kualitas produk tetapi juga dapat memperpanjang masa tinggal mereka. “Tak muluk- muluk, mereka bisa tinggal tiga sampai empat hari sudah bagus,” tambahnya. (*/met/pra/riz)