PURWOREJO – Sedikitnya ada 1.100 wirausaha baru akan muncul di Purworejo sepanjang 2019. Mereka akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan diharapkan bisa membuka lowongan kerja (loker) baru.

Angka itu didapat dari target Pemkab Purworejo dari jumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebanyak 22.000 di tahun 2017. Pemkab sendiri mematok akan ada lima persen dari jumlah UMKM terhadap pertumbuhan wirausaha.

Hal ini diungkapkan Kepala Seksi UMKM Purworejo Nurhadi Trionggo di sela kegiatan Penumbuhkembangan Jiwa Kewirausahaan yang diikuti 60 orang di aula Hotel Sanjaya Purworejo, Senin (11/2).

Ada tiga pemateri utama dalam kegiatan ini yakni Titik Mintarsih, mantan kepala Bidang Koperasi UMKM yang kini menjabat Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, pembudidaya kambing dan pemilik merek Kopi Seplawan Totok Sugiarto, serta staf di Bidang UMKM Purworejo.

Sebagian peserta telah memiliki usaha dan sebagian lain merupakan orang baru yang belum terjun dalam dunia usaha. Diharapkan dari kegiatan tersebut akan ada peningkatan skala produksi dan munculnya wirausawahan baru.

“Saat ini kami memiliki 22.000 UMKM yang tersebar di seluruh Purworejo. Kami juga memiliki 52 tenaga pendamping yang akan mengawal dan mendampingi pelaku usaha untuk berkembang,” kata Nurhadi.

Adanya tenaga pendamping sendiri, menurut Trionggo, mulai tahun ini. Setiap tenaga pendamping memiliki tanggung jawab untuk mendampingi 15 pelaku usaha, baik yang masih melakukan rintisan atau usaha awal. Dari ke-15 itu, diharapkan lima di antaranya akan muncul sebagai pengusaha baru.

“Setiap kecamatan saat ini telah memiliki paguyuban UMKM dan ini cukup memudahkan kami untuk melakukan pendataan usaha. Ini akan ditindaklanjuti oleh pendamping untuk bisa memilah mana saja yang bisa dikembangkan atau memiliki prospek baik,” tambahnya.

Totok Sugiarto sendiri mengungkapkan, saat ini tidak terlalu sulit untuk menunggu hadirnya wirausahawan baru. Mereka yang berpikiran maju serta pintar memanfaatkan media sosial akan keluar sebagai pemenang. Sementara yang masih berkutat di penjualan konvensional, diharapkan segera mengalihkan cara promosinya agar tidak hilang ditelan zaman.

“Kalau dulu orang tiba-tiba kaya karena tidak tampak bekerja menjadi masalah. Tapi sekarang sudah lain, kita bisa lihat, dari luar tidak tampak ada aktivitas apa-apa, tapi mereka bisa kaya. Karena mereka memang berjualan online,” kata Totok.

Di Purworejo sendiri saat ini penjualan memanfaatkan jasa online semakin meningkat. Dia melihat layanan fast pos yang ada di Kantor Pos Purworejo sekarang sudah lebih beragam dibandingkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pelaku usaha sudah mulai memanfaatkan jaringan tersebut.

“Bisa dikatakan sekarang ini untuk berusaha itu lebih mudah. Kita tidak perlu repot membangun web dan sebagainya, cuma pintar-pintar saja mengemas media sosial dan media marketingnya,” jelas Totok.

Salah satu perajin yang terlibat penumbuhkembangan usaha, Puji Yuliyanti, 35, warga Kalijambe, Kecamatan Bener, mengaku pihaknya masih berkutat dengan produksi kursi bambu dan menjual secara konvensional. Dari kegiatan itu ia merasa perlu melakukan beberapa terobosan untuk lebih mengenalkan produk melalui media internet.

“Memang masih sebatas produksi kursi bambu saja. Penjualan online tampaknya harus kami sasar agar tidak ketinggalan,” kata Puji. (udi/laz/riz)