JOGJA – Pemkot Jogja akhirnya meneken kerja sama dengan Swedish International Centre for Local Democracy (ICLD). Kerja sama yang telah dirancang sejak beberapa tahun lalu ini untuk menuntaskan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Menurut Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi, kerja sama ini lebih menekankan pada pengadopsian sistem informasi. Berbagai sistem informasi ICLD bakal diadopsi sekaligus diintegrasikan dengan Jogja Smart Service (JSS). Agar pemkot dapat lebih mudah menggerakkan warga untuk mengantisipasi DBD.
”Kalau masuk musim penghujan, kami sampaikan (melalui JSS) agar (warga) bersiap-siap,” jelas Heroe usai penandatanganan kerja sama di Ruang Sadewa Balai Kota Jogja, Kamis (21/2).
Kendati begitu, Heroe memastikan, Pemkot Jogja tidak sekadar ingin menuntaskan penyakit DBD melalui kerja sama ini. Pemkot juga berencana membangun Kota Inklusi. Sebuah konsep yang dirancang untuk memudahkan warga dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pertimbangannya, jumlah penduduk lansia di Kota Jogja cukup banyak.
”Kami juga ingin mendorong terbukanya akses untuk penyandang disabilitas,” ucap Heroe menyebut program ini menyasar seluruh warga yang tinggal di bantaran sungai.
Lena Langlet, Anggota Dewan ICLD menambahkan, kerja sama dengan Pemkot JOgja berbentuk menyinergikan mitigasi DBD dan pembangunan Kota Inklusi. Dengan begitu, program ini bakal menyasar seluruh warga di bantaran sungai.
”Juga berbagai penyakitnya,” katanya.
Terkait mitigasi DBD, Kepala Seksi Surveilans, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja Wilianto menyebut ada tiga sistem yang akan dikembangkan. Yakni, prediksi kejadian luar biasa, early warning sistem, dan mengingatkan warga terkait cuaca.
”Dalam sistem-sistem itu, nanti kami berikan info seputar fogging, penyuluhan, hingga indikator wilayah yang kurang penyuluhan,” tambah Wilianto memastikan ketiga sistem itu bakal diintegrasikan dengan JSS. (cr8/zam/mg1)