JAKARTA – Zilingo berhasil mengumpulkan US$ 226 juta dalam putaran pendanaan Seri D dari Sequoia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, investment fund dari Singapura – EDBI, dan investor yang sudah ada. Dengan capaian tersebut, total pendanaan yang berhasil dihimpun Zilingo menjadi US$ 308 juta.
Managing Director Sequoia Capital (India) Singapura, Shailendra Singh mengatakan, investasi Sequoia di Zilingo sudah ada, bahkan sebelum perusahaan terinkorporasi dan nama perusahaan Zilingo difinalisasi.
Menurutnya, Ankiti Bose (CEO Zilingo), beserta timnya mengubah ide orisinal mereka tentang Zilingo menjadi sebuah platform yang melayani para konsumen, penjual, retailer, brand, dan produsen di bidang fesyen secara menyeluruh yang mewakili pasar bernilai ratusan miliar dolar.
“Kami takjub akan kemampuan tim Zilingo untuk menciptakan visi dan mengeksekusi peta jalan (roadmap) yang ambisius, dan kami turut bersemangat untuk mendukung perjalanan Zilingo ke depannya,” ujar Shailendra Singh.
Zilingo mengawali langkahnya sebagai marketplace fesyen dan gaya hidup pada tahun 2015 oleh Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor. Saat menangani ribuan penjual di platform tersebut, para pendiri Zilingo secara langsung melihat jerih payah dan kesulitan yang dihadapi oleh para penjual.
Berbagai usaha yang dimiliki para penjual tersebut, tidak dapat meningkatkan keuntungan mereka atau berkembang lebih jauh, karena kurangnya akses ke teknologi dan modal, sementara merek internasional besar lainnya terus tumbuh secara agresif.
“Penjual kecil tidak memiliki volume yang cukup untuk memasok bahan baku semurah pengusaha besar, serta tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk mendapatkan harga terbaik dari penyedia layanan atau gudang,” tuturnya.
Hal itu mendorong Zilingo untuk memperluas bisnis intinya menjadi lebih dari sekadar marketplace. Salah satu pendiri dan CEO Zilingo, Ankiti Bose, yang kini menjadi bagian dari sebuah kelompok eksklusif para perempuan pendiri yang juga pemimpin perusahaan teknologi raksasa di Asia mengatakan, peran teknologi, seharusnya untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif.
Menurutnya, dalam industri fesyen, ketidakefisienan rantai pasokan inti, menghalangi para penjual skala kecil dan menengah untuk membuka potensi penuh mereka dibandingkan dengan brand besar.
“Kami menciptakan sebuah wadah dengan layanan dan produk terbaik di kelasnya untuk semua penjual – terlepas dari besarannya. Kami rasa pendekatan ini dapat mendukung pertumbuhan besar bagi para pemasok di Asia Tenggara. Kami sangat bersyukur atas dukungan berkelanjutan dari para investor kami, maupun para investor baru yang memiliki visi dan ambisi yang sama untuk membangun perusahaan fesyen terdepan,” tandasnya.
Dari US$ 3 triliun manufaktur fesyen global, 1,4 triliunnya berasal dari Asia. Jika pasokan ini dioptimalkan lebih lanjut, potensi bernilai miliaran dolar dapat diakses. Zilingo telah berkembang secara pesat dengan mengintegrasikan platform B2B dan B2C, serta berfokus untuk melayani para penjual dengan lebih baik.
Perusahaan ini telah tumbuh 4 kali secara pendapatan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Ini dikarenakan semakin banyak penjual yang bersedia membayar untuk menggunakan layanan yang dapat menambah nilai bagi bisnis mereka, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
“Platform komprehensif milik Zilingo memungkinkan konsumen untuk memiliki akses yang lebih besar ke beragam penjual fesyen guna memupuk kemitraan lintas batas antara para penjual mikro dan produsen, serta memberi mereka layanan bernilai tambah, seperti pembiayaan modal kerja,” kata Chu Swee Yeok, Chief Executive Officer dan Presiden EDBI.
“EDBI dengan bangga mendukung Zilingo untuk memberdayakan industri fesyen B2B melalui Singapura, dengan berbagai solusi e-commerce mereka untuk memenuhi tuntutan pasar konsumen digital yang berkembang pesat di Asia,” lanjut Chu Swee Yeok. (obi/a2/jko/mg2)