JOGJA – Teras tidak sekadar berfungsi sebagai wajah rumah. Lebih dari itu, juga cerminan selera sang pemilik rumah.

Bagi warga yang tinggal di pedesaan, teras seolah menjadi bagian wajib. Sebab, teras tidak hanya berfungsi untuk mempercantik bagian depan rumah. Melainkan juga untuk ruang bersantai atau menerima tamu.

Namun, menyediakan space khusus untuk teras menjadi persoalan bagi warga perkotaan. Terbatasnya lahan sebagai kendalanya.

”Tapi, tetap bisa disiasati,” jelas Andi Setio Nugroho, seorang arsitek, Selasa (5/3).

Caranya? Andi menyebut dengan memodifikasi bangunan. Yakni, menggabungkan ruang eksternal dan internal.

”Artinya, porsi bangunan antara teras sebagai ruang eksternal dan ruangan lain yang sebagai ruang internal menjadi berimbang,” tuturnya.

Cara itu, kata Andi, lebih baik dibanding dengan memperbesar ruang internal. Toh, modifikasi bangunan justru menciptakan rumah dengan desain unik dan menarik. Yang tak kalah penting lagi, sirkulasi udara terjaga.

Namun, Andi mewanti-wanti penggabungan harus disertai dengan konsep pencahayaan yang memadai. Salah satu caranya dengan membuat pintu utama dari kaca.

”Itu akan membuat dimensi ruangan terasa lebih lega,” katanya.

Ruang eksternal ini, Andi menyebut, juga sebagai ruang pertemuan. Sebab, tidak adanya teras di daerah perkotaan membuat pertemuan atau proses sosial menjadi terhambat.

Memang, Andi mengakui, konsep ini akan membuat biaya menjadi mahal. Sebab, space di lantai bawah menjadi terbatas.

”Taruhlah desain rumah itu seperti bangunan apartemen. Pada lantai bawah mau tidak mau pasti separuh digunakan sebagai teras,” bebernya. (har/zam/mg2)