JOGJA- Bencana hidrometeorologi terus saja melanda DIJ. Angin kencang melanda sebagian wilayah Sleman Selasa (5/3). Kamis (7/3) giliran Bantul, Kota Jogja, Gunungkidul, dan Kulonprogo dikepung tanah longsor.

Di Gunungkidul hujan deras disertai angin kencang menyebabkan banjir dan tanah longsor di empat kecamatan. Gedangsari, Ngawen, Nglipar, dan Semin. Ratusan kepala keluarga (KK) terisolasi dan harus diungsikan. Akses jalan terputus oleh timbunan material longsor, pohon tumbang, dan genangan air.

Sedikitnya 25 KK di Padukuhan Sabrang, Watusigar, Ngawen dievakuasi tim SAR setelah jembatan lama penghubung antardesa terendam air sejak pukul 20.24 Rabu (6/3).

Genangan air juga merendam tiga rumah di Padukuhan Jeruklegi, Katongan, Nglipar. Seluruh penghuni rumah diungsikan. Tim SAR juga mengevakuasi ternak dan barang-barang berharga milik para korban. Sementara 9 KK di Padukuhan Klegung, Katongan juga terjebak banjir dan harus dievakuasi.

Banjir juga melanda rumah warga di Padukuhan Tangkil, Semin dan menggenangi gedung taman kanak-kanak negeri setempat dan SMKN Gedangsari di Desa Hargomulyo.

Sedangkan bencana tanah longsor terjadi di Padukuhan Pringombo, Natah, Nglipar memaksa puluhan warga mengungsi. Demikian pula kejadian di Padukuhan Sumber, Candirejo serta Padukuhan Ngesrep dan Bonpon di Pundungsari. Kedua wilayah masuk Kecamatan Semin.

Di Kecamatan Gedangsari tanah longsor menimpa rumah Adi Kuswoyo, warga RT 03/RW 07, Padukuhan Batur Turu, Mertelu. Rumah Miyanto, warga RT 05/RW 07 Batur Turu juga tertimpa longsoran serupa. Di wilayah tersebut material longsor juga mengakibatkan jalan penghubung antarpadukuhan Gupit – Batur Turu terputus.

Bahkan jalan kabupaten penghubung Desa Mertelu dan Tegalrejo di Padukuhan Batur Turu I amblas sedalam 25 meter dan panjang 6 meter. Fondasi jalan longsor. Sehingga akses terputus total. Sedangkan 2 KK di Dusun Krinjing, Mertelu harus dievakuasi karena rumah mereka tertimpa material longsor.

Hingga kemarin petang tim SAR Gunungkidul dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, dibantu warga setempat masih berupaya membuat jalan darurat.

“Ada dua RT yang masih terisolasi. Karena dua akses jalan tertutup. Sisi timur di Padukukan Gupit juga tertutup longsor,” ungkap Sukiran, 56, warga setempat.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, hingga siang kemarin terdata sedikitnya 104 KK di empat kecamatan terdampak longsor dan banjir. Kejadian tanah longsor tersebar di 27 lokasi dan 63 rumah terendam air luapan sungai. “Warga yang sempat mengungsi karena luapan sungai sudah pulang,” kata Edy Basuki.

Adapun prioritas utama penanganan bencana berupa perbaikan jalan. Untuk membuka akses masyarakat. Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi menginstruksikan jajarannya segera bertindak. “Penanganan (bencana, Red) harus disegerakan. Sebab di bawah jalan yang longsor ada rumah warga,” ungkap Immawan saat meninjau lokasi terdampak tanah longsor, Kamis (7/3).

Di Kulonprogo tanah longsor terjadi di lereng bukit Dusun Tonogoro, Banjaroya, Kalibawang amblas sedalam 30 cm dan menimbulkan rekahan sepanjang 20 meter dengan lebar 10 cm. Rekahan tanah rawan longsor.

Mengancam empat rumah warga dengan 14 jiwa. Masing-masing rumah milik Sukijan, 45, Sujari, 65, Turdi, 70, dan Sumiyadi, 60. Rumah mereka berjarak kurang 20 meter dari lereng bukit. Rekahan tanah itu diketahui warga setempat sejak Minggu (3/3). “Sebelumnya sudah ada retakan sejak beberapa tahun silam. Pada 2018 juga pernah terjadi tanah longsor,” beber Kepala Dusun Tonogoro Nuryanti.

Nuryanti menyebut, hampir seluruh wilayah Tonogoro rawan longsor. Setiap hujan deras selalu ada lokasi longsor. “Membuat warga waswas,” sambungnya.
Menurutnya, pemerintah desa dan kecamatan setempat pernah turun tangan mencari solusi. Namun hasilnya nihil. “Sejauh ini hanya imbauan. Agar mengungsi saat hujan turun lama,” bebernya.

Selain Kalibawang, wilayah rawan longsor lainnya di Kulonprogo, di antaranya, Kokap, Girimulyo, dan Samigaluh.

Hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Bantul juga berdampak tanah longsor di Padukuhan Kaligatuk, Srimulyo. Sehari terjadi dua kali longsor. Material longsoran mengancam rumah Walijah, 45.

Sedikitnya 10 KK terisolasi. Reruntuhan material longsor menutup akses jalan.
Aktivis Forum Penanggulangan Risiko Bencana Desa Srimulyo, Piyungan Heri Susanto mengungkapkan, wilayahnya memang masuk zona rawan longsor.

Karena berada di kawasan tebing batu padas. Selain Kaligetuk, lima padukuhan lain di Srimulyo masuk zona merah longsor. Yakni Jasem, Watu Wayang, Jolo, Pandeyan, dan Jala Sutra. Di Srimulyo sedikitnya telah terjadi 10 kali longsor sejak Februari hingga kemarin. “Semua lokasi rawan longsor. Tapi minim alat early warning system (EWS),” keluhnya.

Sementara itu, tanah longsor di Kota Jogja mengancam warga bantaran Sungai Winongo. Seperti terjadi di RT 45/RW 12, Sudagaran, Tegalrejo. Talud jalan inspeksi setinggi 15 meter ambrol dan longsor. Memanjang 12 meter dan lebar 3 meter. Titik longsor bukan kali pertama. “Dulu juga pernah longsor,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kota Jogja Hari Wahyudi kemarin.

Selain mengancam tiga rumah warga terdekat, talud longsor mengganggu akses warga. Ketiga KK terdampak, masing-masing Suwardi, Sugiyo, dan Misaroh. “Mereka tidak mengungsi, tapi kami wanti-wanti agar waspada,” ujar Hari.

Wilayah Kabupaten Magelang tak luput dari bencana tanah longsor. Terjadi di tiga kecamatan, Salaman, Borobudur, dan Kajoran. Ketiganya masuk kawasan lereng Perbukitan Menoreh. Sedikitnya empat rumah warga rusak dan belasan lainnya terancam timbunan material longsor susulan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, tanah longsor terjadi setelah hujan deras menguyur hampir seharian pada Rabu (6/3). Sejak siang hingga malam.

Lokasi terparah di Kecamatan Kajoran. Rumah Ruminah, 80, warga Dusun Botoran, Krinjing rusak parah dan terseret material longsor. Ruminah pun harus mengungsi sementara. Bersama empat warga lainnya.

Selain itu, dua lokasi longsor terjadi di Dusun Basongan, Kalisalak, Salaman mengakibatkan akses jalan dusun terputus. Dua rumah terancam timbunan longsor.

Kemudian di Dusun Jumbleng, Sriwedari, Salaman satu rumah rusak di bagian atap akibat tertimpa batang pohon yang terbawa longsoran material dari tebing setinggi puluhan meter. Kejadian itu mengancam dua rumah lain yang hanya berjarak satu meter dari bibir tebing.

Sedangkan material longsor di Dusun Secang, Giritengah, Borobudur menerjang rumah Muhidin, 54. Tembok rumahnya jebol. Setelah diterjang material longsor dari tebing setinggi 15 meter dan panjang 10 meter.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Magelang, total sembilan orang mengungsi karena rumah rusak tertimbun longsoran. (gun/cr6/ tom/dwi/dem/yog)