JOGJA – Hampir setiap orang tidak bisa dilepaskan dengan bahan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Plastik menjadi komponen penting yang bisa menggantikan kayu dan logam. Bahan ringan, kuat dan tahan terhadap korosi membuat plastik semakin diminati.

Peningkatan penggunaan bahan plastik mengakibatkan bertambahnya produksi sampah plastik dari tahun ke tahun. Sampai saat ini, sampah plastik telah menjadi isu dunia yang masih menjadi masalah.

Di Indonesia, polusi di lautan disumbang oleh 3,2 juta metrik ton sampah. Kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah dan kebiasaan membuang sampah sembarangan, membuat pencemaran yang cukup besar. Baik di daratan, maupun di lautan.

Salah satu bentuk kepedulian dan upaya masyarakat dalam mengurangi jumlah pencemaran adalah dengan mengurangi pemakaian plastik. Bahan plastik yang sulit terurai dalam tanah, akan menimbulkan permasalahan dalam penanganannya.

Sedotan plastik adalah salah satu jenis produk alat makan yang memberikan jumlah sampah plastik terbesar saat ini. Pemakaian yang hanya bisa dilakukan sekali, membuat sedotan sebagai penyumbang sampah.

Berbagai inovasi ditawarkan untuk menggantikan sedotan plastik. Sedotan bambu, sedotan kaca, dan sedotan stainless steel. Saat ini, sedotan stainless  steel semakin diminati masyarakat karena bahan yang aman dan tahan lama.

Salah seorang penjual sedotan stainless stell Imelda Dimetri (21) dan Carren Claudia Fransisca (21) mengaku telah menjual sedotan itu sejak Juli 2018. Mahasiswi Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini termotivasi oleh adanya isu sampah yang tercemar di lautan.

Sampah plastik yang tercemar di lautan, membuat spesies laut memakan plastik yang berada di laut. Melihat fenomena tersebut, akhirnya Imelda dan Carren berusaha untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Respons masyarakat untuk membeli sedotan stainless steel kian meningkat dari waktu ke waktu. Selain kesadaran masyarakat, mengganti sedotan plastik masih menjadi tren saat ini. “Biasanya gengsi anak muda kan gede. Ada temennya satu pakai, akhirnya dia ikutan,” jelas Carren kepada Radar Jogja  (22/12).

Dilengkapi sikat atau brush untuk membersihkannya, Imelda menjamin pemakain sedotan stainless steel akan aman dan tahan lama dengan perawatan yang benar. Sama halnya sendok dan garpu yang berbahan stainless steel, sedotan ini tidak memiliki ketentuan masa pemakaian.

Selain itu, beberapa waktu terakhir muncul gerakan yang dibuat untuk tidak menggunakan sedotan plastik. Beberapa restoran cepat saji sudah tidak memberikan sedotan pastik saat pelanggan membeli minuman. Mengganti gelas plastik dengan botol minum yang dibawa pelanggan, juga salah satu cara yang ditawarkan untuk mengurangi sampah plastik.

Salah satu kedai kopi bernama café signature mulai menggencarkan hal serupa. Pemilik kedai Arthur Apriradino Djangoek (21), mengaku telah menggunakan sedotan stainless steel selama satu bulan terakhir.

Café dengan konsep take a way dimilikinya, belum sepenuhnya menggunakan sedotan stainless stell untuk pelanggan yang membawa pulang minuman kopi dari kedainya. Hanya saja, Arthur yang peduli terhadap lingkungannya akan mengurangi penggunaan jenis plastik dan menggantinya dengan bahan yang mudah untuk didaur ulang. “Masih pelan-pelan untuk mengganti semuanya, tapi ke depan akan menghilangkan bahan jenis plastik,” jelas Arthur.

Kedai kopi di sisi utara Fakultas Pertanian UGM ini menawarkan tempat nyaman bagi pesepeda yang berada disamping café. Hal ini dilakukan Arthut untuk menghargai pemakai sepeda yang sudah berusaha mengurangi polusi udara.

Memberikan kesan nyaman bagi pesepeda yang hadir mengunjungi kedai miliknya, Arthur berharap semakin banyak masyarakat yang menggunakan sepeda. Ini karena tersedianya tempat nyaman bagi mereka.

Memberikan kupon adalah salah satu apresiasi yang dilakukan Arthur bagi siapa saja yang melakukan usaha untuk peduli terhadap lingkungannya. “Bagi pesepeda, pelanggan yang membawa botol minum sendiri saat membeli minuman,” tambah Arthur. (cr7/laz/mg2)