SLEMAN – Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata Rizky Handayani mendorong daerah-daerah di Indonesia bertindak kreatif mengembangkan destinasi wisata di wilayahnya.

Daerah tidak boleh terpaku pada objek wisata yang sudah ada. Namun harus memasarkan destinasi-destinasi yang baru.  “Pemasaran yang dilakukan harus dibarengi dengan atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata tidak akan menarik perhatian wisatawan,” ujar Rizky di depan ratusan peserta Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Pengembangan Destinasi Regional III 2019 di The Alana Jogjakarta dan Convention Center Jogjakarta pada Selasa (12/3).

Selain atraksi wisata, Rizkuy juga mewanti-wanti agar event pariwisata yang ditawarkan bersifat tetap. Jadwal yang sudah ada harus dipertahankan secara ajeg  dan tidak boleh berubah-ubah.

Rakortek Pengembangan Destinasi Regional III 2019 dibuka Wakil Gubernur DIJ Paku Alam X. Dalam sambutanya  Paku Alam X mengatakan, DIJ merupakan provinsi yang wilayahnyan tidak terlalu luas. Hanya sekitar 3.100 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia.  “Sumber daya alam DIJ juga terbatas,” kata Wagub yang datang mewakili Gubernur Hamengku Buwono X.

Meski demikian, DIJ punya banyak predikat. Salah satunya daerah tujuan wisata.  Jogjakarta telah menetapkan visi menjadi daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara pada 2025.

Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut, ada empat program dan kegiatan yang dijalankan DIJ. Yakni pengembangan pemasaran, destinasi, kemitraan dan pengembangan desa wisata.

Diakui, aktivitas pariwisata menjadi tenaga penggerak perekonomian. Mulai dari penyedia jasa, akomodasi jasa angkutan hingga penyediaan produk industri pendukung pariwisata. “Aktivitas pariwisata turut  menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

Saat ini Kementerian Pariwisata RI mengembangkan destinasi regional III yang berada di wilayah Indonesia Timur. Pengembangan itu dilakukan karena Indonesia Timur memiliki potensi destinasi wisata alam yang besar. Namun pengelolaannya belum begitu optimal.

Destinasi regional III  meliputi 13 provinsi. Di antaranya Provinsi Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya, Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua dan  Provinsi Papua Barat. Di tambah 200 kabupaten dan kota.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizky Ratman menambahkan, dipiilihnya DIJ menjadi lokasi rakortek bukan tanpa alasan. Selama beberapa tahun terakhir Jogjakarta telah mengembangkan destinasi wisata berbasis budaya. Peserta rakortek diharapkan bisa belajar dari keberhasilan pariwisata Jogjakarta.

Dalam acara itu, Bupati Sleman  Sri Purnomo ikut tampil sebagai pemateri. Dia memaparkan tata kelola destinasi pariwisata di Sleman. Salah satu strategi tata kelola pariwisata dengan meningkatkan kualitas destinasi wisata.

Selain itu,  meningkatkan  pemasaran pariwisata, kuantitas usaha pariwisata  dan sumber daya manusia yang kompeten. “Kami juga meningkatkan partisipasi masyarakat,” katanya. Terkait semua itu harus ada komunikasi, koordinasi dan kerja sama antarberbagai pemangku kepentingan. “Sektor publik, dunia usaha dan masyarakat,” terang dia.

Selama dua tahun terakhir jumlah kunjungan wisatan ke Sleman terus meningkat. Tahun 2017 ada 7,22 juta wisawatan dan 2018 meningkat menjadi 8,53 juta. “Tahun ini kami targetkan 10 juta wisatawan,” terang SP, sapaan akrabnya.

Rakortek Pengembangan Destinasi Regional III terbagi dalam dua kegiatan. Setelah diskusi di ruangan pada hari pertama Selasa (12/3), di hari kedua Rabu (13/3) dilanjutkan kunjungan lapangan sejumlah daerah. Yakni Desa Ponggok, Klaten, Surakarta dan Tebing Breksi, Sambirejo, Prambanan, Sleman serta Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. (kus/ila)