KULONPROGO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY kembali mengukuhkan desa tangguh bencana (destana). Kali ini berlokasi di lapangan Sidowayah, Desa Gerbosari, Samigaluh, Kulonprogo. Desa Gerbosari yang berada di perbukitan Menoreh menjadi desa keenam yang dikukuhkan.
“Tahun ini di Kulonprogo ada enam destana yang diresmikan,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Fauzan saat memberikan sambutan di depan ratusan masyarakat Desa Gerbosari Selasa (19/3).
Menurut dia, dua desa yang dikukuhkan menjadi destana dibiayai APBD Kulonprogo. Sedangkan empat desa didanai APBD DIY. Desa Gerbosari merupakan desa kedua di kabupaten bermotto Binangun yang dikukuhkan BPBD DIY. Sebelumnya pengukuhan dilakukan di Desa Banaran, Galur.
Dari catatan Fauzan, dari 88 desa se-Kulonprogo sampai 2018 ada 46 desa berstatus destana. Dengan tambahan enam desa pada 2019, maka jumlah destana di Kulonprogo hingga akhir 2019 menjadi 52 desa. “Kekurangan sebanyak 36 desa akan diselesaikan pada 2022. Syukur bisa lebih cepat,” katanya.
Dengan pengukuhan sebagai destana, Fauzan berharap warga Gerbosari dapat lebih peka menghadapi ancaman bencana. Mereka diharapkan dapat memahami apa itu bencana. Termasuk saat terjadi gempa. “Pahami bagaimana berada di titik kumpul dan upaya menyelamatkan diri saat bencana,” ingatnya.
Dia berharap, pengukuhan itu hanya langkah awal. Warga maupun relawan di Desa Gerbosari agar terus berlatih menghadapi setiap ancaman bencana. Latihan itu antara lain menyangkut manajemen bencana, pengelolaan informasi, korban dan dapur umum bagi pengungsi maupun logistik. “Jangan pernah berhenti berlatih,” pesannya.
Kepala Desa Gerbosari Damar mengucapkan terima kasih atas pengukuhan tersebut. Terkait bencana, Damar menyebutkan ada empat bencana yang mengancam desanya. Empat ancaman itu meliputi gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung dan ancaman kekeringan. “Empat ancaman itu yang kami hadapi,” jelasnya. Ancaman longsor kerap terjadi di kawasan perbukitan Menoreh. Selain Kecamatan Samigaluh, potensi itu juga terjadi di Kecamatan Kalibawang, Girimulyo dan Kecamatan Kokap.
Sebelum dikukuhkan, warga berkumpul di lapangan Sidowayah. Mereka mengikuti gladi lapang. Simulasi yang dilakukan saat menghadapi ancaman tanah longsor. Gladi lapang sempat terhenti karena hujan lebat.
Namun tak selang lama, tiba-tiba hujan reda. Suasana lapangan menjadi panas. Gladi lapang kemudian dilanjutkan. Ratusan warga bersama relawan yang tergabung di Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Gerbosari antusias mengikuti simulasi. (kus/mg4)