GUNUNGKIDUL – Gunungkidul memiliki potensi air sungai bawah tanah yang melimpah. Jika dikelola dengan baik, cadangan air ini mampu menyuplai kebutuhan air bersih ke seluruh wilayah Provinsi DIJ. Namun demikian, dalam praktiknya masih diperlukan kajian ulang dan penelitian lebih lanjut.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Alam (PUP ESDM) Provinsi DIJ Hananto Hadi Purnomo saat menghadiri peringatan Hari Air Sedunia di Telaga Jonge, Semanu, Kamis (28/3). “Potensi air bawah tanah bisa memanfaaatkan dengan cara dipompa atau dibendung,” kata Hananto.

Memang, kata dia, hal tersebut baru akan dipelajari secara teknis bagaimana cara memanfaatkannya. Sekarang yang dapat dimafaatkan terlebih dahulu adalah air di Banyusoco, Playen karena dinilai lebih mudah. “Pernah dilakukan penelitian sungai bawah tanah di Gunungkidul tapi sudah lama, kurang lebih 10-15 tahun lalu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan,” terangnya.
Kemudian pemanfaatan sungai bawah tanah Bribin, Seropan, Ngobaran akan dilakukan inventarisasi kapasitas air seberapa banyak. Dinas PUP ESDM juga memiliki rencana untuk membuat embung. “Di daerah sini (Gunungkidul) memang ada potensi untuk pembuatan embung,” ungkapnya.

Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan, sumber daya air bawah tanah di wilayahnya tergolong melimpah. Oleh karenannya saat ini terus melakukan upaya dengan menggandeng pihak ketiga dalam memanfaatkan air.
Menurutnya, sumber air bawah tanah di Gunungkidul memang luar biasa ini merupakan potensi yang dimiliki. Pemkab juga menyadari, pasokan air bersih di Gunungkidul belum 100 persen karena letak geografis menjadi kendala. “Seperti pada satu daerah hanya ada beberapa rumah,” kata Badingah.

Menurutnya, air menjadi komoditi terpenting baik untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pertanian. Bahkan ingga saat ini sektor pariwisata yang bergeliat di Bumi Handayani adalah sektor air. Kesadaran dalam menjaga pola hidup yang berkaitan dengan air haruslah dimatangkan. Tidak mengotori air dari sampah-sampah plastik atau limbah juga sangatlah diperlukan. “Persoalan sampah plastik sedikit banyak turut memicu terjadinya banjir,” ungkapnya.
Dengan demikian, edukasi kepada masyarakat melalui pengelolaan sampah sangat diperlukan. Sebanyak 60 bank sampah yang tersebar duseluruh wilayah kecamatan terus digenjot. Dengan demikian, setelah dipilih dan dipilah residu baru dibuang ke TPAS. (gun/din/mg4)