JAKARTA – Pemilihan legislatif di Jogjakarta memang masih didominasi wajah-wajah lama. Kendati begitu, para pendatang baru di dunia perpolitikan daerah istimewa ini cukup menjanjikan.

Temuan survei Y-Publica menunjukkan calon-calon anggota legislatif petahana sebagian besar akan terpilih kembali. ”Di antara caleg dari partai politik (parpol) baru yang diprediksi merebut kursi dari dapil DIY adalah Berkarya dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI),” kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, Kamis (14/3).

Survei Y-Publica dilakukan pada 21-30 Januari 2019 di dapil DIY. Dalam pemilihan anggota legislatif (Pileg) 2019, Jogjakarta mendapat alokasi 8 kursi. Jumlah responden sebanyak 800 orang mewakili tiap kecamatan. Sampel dipilih secara acak bertingkat, dengan margin of error 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Petahana Hanafi Rais meraih elektabilitas tertinggi sebesar 15,4 persen, disusul Idham Samawi (9,3 persen) dan Esti Wijayanti (7,1 persen). Kemudian Agus Sulistyono (5,6 persen), dan Andika Pandu Puragabaya (4,8 persen).

Lalu ada Gandung Pardiman (3,1 persen) dan Sukamta (2,6 persen). Roy Suryo dengan elektabilitas 1,5 persen. Titik Soeharto, meraih elektabilitas 4,6 persen. Titik dibayangi oleh caleg pendatang baru Redianto Heru Nurcahyo dari Partai Solidaritas Indonesia dengan elektabilitas 4,3 persen.

Heru berpeluang menyumbangkan satu kursi untuk PSI. Kemunculan Heru menyisihkan Katon Bagaskara (1,9 persen), Iip Wijayanto (1,6 persen), dan Yani Saptohoedoyo (0,9 persen). Subardi (2,3 persen) dan Nuraida (1,0 persen). Juga ada wakil bupati Kulonprogo Mulyono (0,5 persen) dan Gunungkidul Benyamin Sudarmadi (0,3 persen). Lalu Bambang Praswanto (0,8 persen), serta caleg PSI Elisa Andriani (0,4 persen) dan Siwi Irawati (0,1 persen).

Pemilih yang belum menentukan pilihan masih cukup tinggi, mencapai 28,0 persen. Ini memberi peluang bagi pendatang baru untuk memperbesar raihan elektabilitas.

Sementara itu, pendatang baru Redianto Heru Nurcahyo mengatakan, sebagai caleg baru di partai baru berarti dua beban di satu pundak. Personel duo Humania pada era 1990-an ini mengakui hal itu. Sebagai politisi baru, Heru, sapaannya, harus memastikan dirinya diterima pemilih. Berada di PSI yang baru hadir di gelanggang, dia sekaligus harus membantu sosialisasi partai.

Yang lebih banyak dilakukan saat ini adalah melakukan pendidikan politik. Dia menyebut itu sebagai investasi masa depan yang harus dilakukan. ”Seseorang harus melakukan, dan PSI mengambil peran itu,” ujarnya.

Heru mengungkapkan,  PSI menjadi kendaraan yang dia pilih, dan Jogjakarta menjadi tempatnya bertarung.Karena Jogja menjadi salah satu akar keluarganya, namun sebagai caleg baru tetap memiliki tantangan tersendiri. Setiap hari dia menghabiskan waktu berkeliling di sejumlah wilayah, dari tepi pantai hingga pegunungan untuk mensosialisasikan program.

Heru mengumpamakan PSI kendaraan baru, masih segar dan tidak memiliki banyak masalah, seperti bus tua. Di kendaraan baru ini, dia menemukan kawan-kawan yang memiliki kesamaan visi. Karena itulah dia sungguh-sungguh menggarap dapil-nya, berharap PSI mampu masuk Senayan dan memberi standar baru bekerja untuk rakyat.

”Ini adalah perjuangan. Kami fokuskan di Pemilu 2019 masuk. Harus diperjuangkan dari sekarang, apakah akan masuk Parliementart Threshold di 2019 atau mungkin lebih panjang di 2024, tetapi seseorang harus melakukan itu dan dimulai dari sekarang,” ungkapnya. (*/ila)