BANTUL – Pernah merasakan kesulitan kondisi ekonomi keluarga, Andi Asriyanto, 32, pria asal Patangpuluhan, Wirobrajan, ini tak patah semangat. Dia justru tertantang untuk bangkit dari keadaan tersebut. Berbekal ilmu seni lukis seketika di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Jogjakarta, kini dia sukses mengembangkan usaha kerajinan.

Usahanya itu diberi nama Arthur Craft. Berlokasi di Jalan Kasongan, RT 05, Sentenan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Dalam berkreasi dia punya prinsip, lebih nyaman bekerja sesuai dengan bidang yang saya geluti.”Itu untuk membantu perekonomian keluarga,” ungkap Andi, belum lama ini (13/4).

Dia mengaku, sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah terbiasa hidup mandiri. Di luar bangku sekolah dia memanfaatkan waktu untuk bekerja. Apapun dia lakoni.

Dia mengaku, usahanya bermula pada 2007 lalu. Awalnya dia hanya melukis gerabah. Kemudian melihat peluang dan minat pasar, akhirnya dia mengembangkan bakat melukisnya tersebut di atas kanvas,  kayu, dan material lainnya.

Hingga sekarang, merambah hingga produk furniture, walldecor dan lain-lain masih dalam ranah kerajinan. Mulai dari keranjang vintage, lukisan gerabah, hiasan dari papan kayu menggunakan teknik printing, hingga hiasan tipografi, hiasan kayu ukir, dan lain-lain. Ada juga kreasi drum yang disulap menjadi meja.

”Semua craft bernuansa trend vintage masa lampau,” terangnya. Pun, warna-warni kerajinannya dipilih warna kalem. Alias warna-warna lawas. Meski beberapa warna vintage dipadupadankan dengan warna cerah.

Kerajinan buatan Andi memiliki keunikan tersendiri. Penggunaan media dari limbah barang-barang bekas dan barang-barang antik. Desainnya juga unik. Mengacu pada trend vintage masa lampau.

Menurutnya, dalam membuka bisnis usaha tak selamanya berjalan mulus. Sebagai  pelaku usaha Andi menemui kendala. Salah satunya dalam hal pemasaran. Dibutuhkan kerja keras untuk mencari pelanggan. Selain itu, dalam membuka usaha tidak luput dari kasus penipuan. ”Alias sudah memesan, tapi tidak membayar. Itu pernah,’’ katanya.

Andi tidak sendiri dalam pembuatan kerajinan itu. Sekarang dia dibantu 12 karyawan yang sudah dia anggap, seperti teman sendiri.  Harga produknya pun variatif. Berdasarkan jenis produk, tingkat kerumitan dan ukuran benda juga diperhitungkan. Harga produk dari termurah Rp 25 ribu sampai dengan Rp 8 juta. ”Nah, kalau pemasaran melalaui media online, pameran dan direct buyer,” kayanya.

Untuk pangsa pasar luar negeri, produknya dikirim ke Amerika Serikat, Jerman, dan Australia. Sedangkan pasar Asia,  meliputi Malaysia dan Korea.

Andi mengaku, kiat untuk mengembangkan usaha terletak pada kemauan masing-masing individu. Dia mengajak pelaku usaha agar terus berinovasi.  Menciptakan produk atau karya baru dilakukan terus menerus, dan pantang menyerah dalam mengembangkan kreativitas.  ”Seberat apapun rintangan tetap harus diterjang. Karena hasil  maksimal tercipta dari usaha yang maksimal pula,” ungkapnya.

Berpameran menjadi kunci pemasaran. Melalui pameran, meningkatkan apresiasi orang lain terhadap karya yang diciptakan. Jika hal tersebut dilakukan rutin, usahanya semakin dikenal bahkan peminatnya pun lebih luas. Dalam setahun dia mengikuti tiga hingga lima kali berpameran. ”Nah, lewat pameran karya saya dikenal publik. Saya mengenal banyak artis. Mereka mengunjungi stand saya,” ungkapnya.

Dia menyebut, beberapa artis yang pernah singgah ke standnya itu. Di antaranya, Wendy Cagur, Roy Bomerang, Cella (gitaris Kotak), Aji Pangestu dan beberapa artis lainnya. ”Pesan saya, berproses itu harus terus dilakukan. Jangan banyak memikirkan ide tapi mulailah menciptakan karya,” ajaknya. (cr6/din)