Kementerian Pariwisata RI menetapkan 2019 sebagai tahun sumber daya manusia (SDM). Karena itu, penguatan SDM pelaku pariwisata terus diperkuat. Langkah ini dilakukan menyusul semakin berkembangnya sektor pariwisata di Indonesia.
Bahkan pariwisata memberikan kontribusi siginifikan bagi pendapatan negara. “Pariwisata menjadi penyumbang devisa kedua terbesar setelah sektor minyak dan gas (migas),” ujar Kepala Subbid Hubungan Antar Lembaga II Kementerian Pariwisata RI Sabar Norma Megawati Panjaitan.
Pernyataan itu disampaikan Norma saat berbicara di depan ratusan siswa SMA/SMK Kabupaten Sleman dan Kulonprogo yang mengikuti Pelatihan SDM Kepariwisataan di Hotel Tara Jalan Magelang, Yogyakarta, pada Kamis (2/5).
Norma mengatakan, penguatan SDM kepariwisataan sudah menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan. Ini karena pariwisata terbukti memudahkan lapangan kerja bagi masyarakat. “Sektor pariwisata berhasil menyerap banyak tenaga kerja,” kata mantan guru TK ini.
Dengan kenyataan itu, pariwisata bukan sekadar membantu menciptakan peluang kerja. Namun juga berperan dalam menekan angka pengangguran di tanah air. Di hadapan para siswa. Norma memotivasi mereka tertarik dengan dunia wisata.
Meski begitu, Norma mewanti-wanti setiap pelaku pariwisata tidak sekadar memegang ijazah dari pendidikan formal. Tapi, harus mememiliki sertifikasi. Tahun ini ada 70 ribu tenaga kerja bidang pariwisata yang ditargetkan mengantongi sertifikat dari Badan Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP). “Sertifikasi berlaku selama 3 tahun,” ujarnya.
Selain siswa, pelatihan tersebut juga diikuti para guru SMA/SMK di Sleman dan Kulonprogo. Pelatihan dibuka Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo. Senada dengan Norma, Singgih mengatakan, pariwisata berperan nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Contoh nyata itu bisa diamati di desa-desa wisata di DIY. Perekonomian masyarakatnya meningkat secara signifikan. Warga setempat terlibat aktif mengelola dan memasarkan desa wisata.
“Pariwisata ikut menggerakan semua lini kehidupan,” katanya. Sektor yang bergerak di desa wisata antara lain atraksi kesenian, homestay hingga kuliner. Adapun contoh desa wisata yang berkembang pesat seperti di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Kaki Langit Mangunan, Dlingo, Bantul dan Desa Wisata Pulesari, Wonokerto, Turi, Sleman. Di samping juga ada Taman Tebing Breksi, Prambanan, Sleman. Menyadari tingginya potensi pariwisata itu, Singgih mengajak para guru SMK agar ikut berkontribusi menyiapkan SDM pariwisata. Mereka diharapkan ikut membangun SDM sektor pariwisata di DIY yang siap pakai.
Peluang pariwisata DIY bertambah besar dengan beroperasinya bandara internasional baru yang berada di Kulonprogo. Diperkirakan jumlah wisatawan yang datang ke DIY bakal semakin besar. “Itu peluang yang harus bisa ditangkap,” ajak mantan wakil kepala Dinas Kebudayaan DIY ini. (kus/fj)