BANTUL – Ngebut di jalan raya masih menjadi penyebab tertinggi kasus kecelakaan di wilayah Bantul. Data di Polres Bantul, sejak Januari hingga April lalu terdapat 805 kasus kecelakaan lalulintas. Dari total tersebut, sebanyak 43 orang meninggal dunia dan 1.023 orang mengalami luka ringan.
Kepala Unit Laka Polres Bantul Ipda Maryana mengatakan, kejadian paling tinggi pada Januari lalu. Sekitar 219 kejadian. Uang menyebabkan, tujuh orang meninggal dunia dan sebanyak 308 mengalami luka ringan. ”Nah, rata-rata kejadian dialami oleh pemuda. Sementara korban cenderung lansia,” ungkap Ipda Maryana kepada Radar Jogja, Rabu (8/5).
Menurut dia, kasus kecelakaan tertinggi justru berada di kawasan datar. Penyebabnya, lanjut dia, karena pengguna kendaraan melintas dengan kecepatan tinggi. “Kemudian menabrak kendaraan lainnya dari arah yang berbeda maupun yang berlawanan,” ungkapnya.
Sementara untuk area rawan kecelakaan di Bantul, dia menyebut seperti Jalan Wonosari kecamatan Piyungan. Mulai dari Pasar Piyungan hingga Puskesmas Piyungan. Sedangkan area rawan kecelakaan lainnya di Jalan Pleret dan sekitar ringroad Bantul. Selain itu ditutupnya akses Jembatan Niten menyebabkan jalan tikus rawan kecelakaan. ”Salah satunya kemarin di sekitar Madukismo. Korbannya hingga meninggal dunia,” katanya.
Melihat tingginya angka kecelakaan itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam berkendara. Salah satunya dengan meningkatkan konsentrasi saat berkendara. Jika ingin menyalip pastikan tidak berada di luar garis marka. ”Yang paling penting itu menyalakan lampu di malam hari dan dan menggunakan sein motor dengan tepat,” tuturnya
Terpisah, Susilo, warga Pendawaharjo, Sewon mengungkapkan, pertigaan Cepit merupakan area rawan kecelakaan. Terutama pengendara motor dari arah timur berbelok menuju selatan.”Di sini kerap ada kecelakaan. Banyak yang melanggar rambu. Seharusnya belok kiri mengikuti lampu malah menerjang,” ungkapnya. (cr6/pra/by)