SLEMAN – Sejumlah lokasi di DIY diketahui memiliki beban arus lalu lintas yang padat. Akibatnya kerap terjadi kemacetan di beberapa titik. Kemacetan itu juga dipicu lebar jalan yang relatif sempit. Tak sebanding dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan. Baik roda dua maupun roda empat.
Di pihak lain beberapa jembatan yang berada di jalur strategis konstruksi fisiknya sudah tua. Itu dinilai berbahaya karena harus menanggung volume yang berat. Contoh itu seperti terjadi di ruas Jalan Gito Gati, Sleman.
Sejak Februari 2019, Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP dan ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan pembangunan empat jembatan yang melintasi Jalan Gito Gati.
Keempat jembatan itu meliputi Jembatan Denggung, Tlacap, Gondanglegi dan Jembatan Tambakrejo. Pembangunan empat jembatan itu menelan anggaran sebesar Rp 15 miliar. “Targetnya semua jembatan sudah bisa dilalui kendaraan pada Juli mendatang,” ujar Bambang, Minggu (12/5).
Untuk Jembatan Gondanglegi dan Tambakrejo dikerjakan hingga akhir Mei 2019. Pembangunan Jembatan Gondanglegi menelan anggaran Rp 1,2 miliar. Sedangkan Jembatan Tambakrejo senilai Rp 1,4 miliar.
Sedangkan Jembatan Denggung dan Tlacap direncanakan selesai pada Juli 2019. Kebutuhan anggaran pembangunan Jembatan Denggung mencapai Rp 3,5 miliar. Kontruksi jembatan itu dengan panjang 18,50 meter dengan lebar 1,30 meter + 11,00 + 1,30 meter.
Adapun Jembatan Tlacap memerlukan dana sebesar Rp 3,5 miliar. Jembatan tersebut memiliki panjang 14 meter denga lebar 1,3 + 9,00 + 1 meter. Bersamana itu juga dilakukan pengerjaan drainase, galian untuk selokan drainase dan saluran air.
Bambang menilai pembangunan empat jembatan itu sudah sangat mendesak. Dari pengamatannya, konstruksi empat jembatan itu sudah tua. “Itu sebagian dibangun dengan konstruksi lama dengan material batu bata. Pada bagian bawah tampak banyak rentakan sehingga berbahaya,” ujar Bambang.
Jalan Gito Gati merupakan salah satu jalur alternatif yang disiapkan mengurai kepadatan lalu lintas karena adanya pembangunan terowongan di perempatan Kentungan Jalan Kaliurang.
Menyadari itu, Bambang ingin pembangunan keempat jembatan itu berjalan efektif dan sesuai rencana. ” Kami berharap pengerjaan empat jembatan itu berjalan lancar. Tepat waktu dan jangan sampai mundur,” harapnya.
Dalam perkembangannya, dua jembatan sudah rampung pengerjaannya dan bisa dilalui kendaraan. Yakni Jembatan Tambakrejo dan Gondanglegi. Saat ini hanya tinggal menunggu proses administrasi berupa penyerahan pekerjaan dari rekanan.
Di samping membangun empat jembatan itu, tahun ini, kepada Bidang Bina Marga Dinas PUP dan ESDM DIY juga mengerjakan peningkatan jalan di Kabupaten Bantul. Ada dua jalan yang ditingkatkan.
Pertama, Jalan Yogyakarta-Barongan (Imogiri). Pengerjaan dilakukan dari Februari hingga Juli 2019. Total anggaran yang dikucurkan dalam pembangunan jalan ini mencapai Rp 10, 4 miliar. Dana tersebut diperlukan guna meningkatan jalan sepanjang 2 kilometer. “Ruas jalan dilebarkan dari 5,5 meter menjadi 7,5 meter,” terang Bambang.
Kedua, Jalan Imogiri-Mangunan (Dodogan). Peningkatan jalan ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang dilakukan tahun lalu. Jalan yang ditingkatkan mencapai 2,5 kilometer. Lebar jalan dari semula 5 meter menjadi 7 meter. Pekerjaan dilakukan selama 150 hari kalender dan menelan dana Rp 14 miliar.
Dengan pembanguna empat jembatan dan peningkatan dua jalan itu, Bambang optimistis dapat membantu mengurai kemacetan dan memperlancar arus lalu lintas. Apalagi Jalan Gito Gati setiap hari merupakan jalur yang relatif padat.
“Sedangkan Jalan Imogiri-Mangunan merupakan jalur pariwisata yang tengah berkembang. Begitu pula Jalan Jogja-Barongan menjadi jalur penghubung dari Kota Jogja menuju Bantul,” terangnya.
Di sisi lain, mengurai kepadatan arus kendaraan di Jalan Magelang, Dinas Perhubungan (Dishub) DIY menambah durasi siklus waktu alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL). Kepala Seksi Manajemen Lalu-Lintas Dishub DIY Bagas Senoadjie menjelaskan, penambahan durasi waktu hijau itu hanya berlaku di simpang Beran. “Di APILL timur kami tambah dari 10 detik jadi 25 detik, jadi arus dari timur bisa habis ke barat,” jelas Bagas.
Sedangkan dari simpang Kamdanen dan Denggung ada perubahan fase. Dari empat menjadi tiga fase. Instansinya juga memasang rambu-rambu peringatan berukuran cukup besar di tiga simpang utama. Yaitu Simpang Denggung, Beran dan Simpang Kamdanen. “Masih ditambah di simpang-simpang kecil lainnya,” imbuhnya.
Selain itu, dia memastikan font pada rambu peringatan bisa terbaca jelas oleh masyarakat. Apalagi jumlah rambunya telah mencukupi. Pengalihan Jalan Jogja-Magelang akan ada empat alternatif. Pertama, dari utara melewati Jalan Turi, ke Jalan Pendowo – Kepitu ke Jalan Notosukarjo sampai Jalan Palagan Tentara Pelajar. Kedua, Jalan Pandowoharjo ke Jalan Notosukarjo ke Jalan Palagan Tentara Pelajar.
Ketiga, Jalan Mulungan Baru ke Jalan Griya Taman Asri ke Jalan Notosukarjo ke Jalan Palagan Tentara Pelajar. Keempat, Jalan Mulungan Baru ke Jalan Prawiro Sudiyono ke Jalan Jatirejo tembus Jl Palagan Tentara Pelajar. (har/kus/gp)