JOGJA – Setelah 21 bulan pascapelepasan bakteri Wolbachia, pemantauan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Jogja diketahui mengalami penurunan. Bakteri ini terbukti mampu menghambat perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain.
Ketua peneliti World Mosquito Program (WMP) Adi Utarini mengatakan, hasil awal penelitian epidemiologis terkendali menunjukkan angka insidensi dengue yang lebih rendah pada wilayah yang mendapatkan Wolbachia. Dibandingkan dengan wilayah yang tidak diintervensi.
“Menunjukkan penurunan relatif angka insidensi dengue di wilayah-wilayah penelitian, di mana pelepasan Wolbachia telah selesai minimal enam bulan sebelumnya,” katanya dalam pertemuan nasional terkait bakteri Wolbachia, Selasa (14/5).
Di Jogjakarta, penelitian dilakukan oleh pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. Kemampuan wolbachia untuk menghambat penularan tetap terjaga pada nyamuk lokal, bahkan beberapa tahun setelah pelepasan dihentikan. “Bukti dampak kesehatan masyarakat program WMP hingga saat ini konsisten adanya eliminasi lokal dengue di wilayah dengan tingkat wolbachia yang tinggi,” jelasnya.
Selain itu, hasil evaluasi ekonomi yang baru saja dilakukan menunjukkan jika penyebaran wolbachia akan menghemat biaya kesehatan. Terutama dilakukan di wilayah dengan densitas penduduk yang tinggi. Karena dapat mencegah biaya pengobatan dan pengendalian penyakit serta hilangnya penghasilan bagi individu dan pemerintah.
Di Kota Jogja penyebaran nyamuk aedes aegypti berwolbachia dilakukan sejak 2016. Dengan menyebarkan nyamuk di dua kecamatan yaitu Tegalrejo dan Wirobrajan, kemudian dilanjutkan penyeran di 35 kelurahan lain di Kota Jogja. Berdasarkan uji laboratorium, keberadaan bakteri wolbachia yang dimasukkan ke nyamuk aedes aegypti mampu menekan replikasi virus DBD dibanding nyamuk aedes aegypti yang tidak memiliki bakteri tersebut.
Sementara itu Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi mengatakan, UGM sudah merancang agar Kota Jogja ini menjadi daerah referensi untuk menekan penyakit DBD dengan bakteri wolbachia. Karena terbukti dengan penyebaran wolbachia ada penurunan yang signifikan pada kasus DBD. “Kami harapkan seluruh wilayah di kota Jogja ini nanti akan menjadi tempat untuk percontohan,” katanya. “Wilayah yang sebaran bakteri wolbachia sudah tinggi itu bahkan sudah tidak ada fogging selama beberapa tahun,” tambahnya.
Pemkot Jogja juga berharap UGM bisa menyebarkan wolbachia secara merata di kota Jogja. Terlebih selama tiga tahun ini, HP menyebut, ada hasil yang sangat sihnifikan, ada daerah-daerah yang sangat tinggi wolbachia itu. “Ada penurunan 74 persen itu sangat tinggi sekali. Kalau untuk fogging tahun 2018 nol. Artinya tidak ada sebaran atau penyakit demam berdarah tidak banyak walaupun ada satu dua itu bisa dari luar dan sebagainya,” paparnya. (cr8/pra/by)