KEBUMEN – Menjalankan Catur Dharma Perguruan Tinggi, tiga dosen muda Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di SDN Singoyudan, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (11/5).

Tiga dosen muda itu telah membuat rancangan proposal yang lolos disetujui LP3M UMY. Mereka adalah Muhammad Eko Atmojo SIP MIP, Sakir SIP MIP (dosen Ilmu Pemerintahan) dan dr Mahendro Prasetyo Kusumo MMR (dosen Manajemen Rumah Sakit).

Selaku ketua Tim Pengabdian Masyarakat Muhammad  Eko Atmojo SIP, MIP saat ditemui menjelaskan, fokus utama kegiatan kali ini mengenai kepedulian lingkungan terkait kesadaran akan sampah. Di mana pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini.

“Pendidikan itu membenahi karakter masyarakat untuk sadar bahwa sampah dapat berdampak pada lingkungan sekitar maupun kesehatan. Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya ternyata lebih terkait dengan kecerdasan dan kematangan karakter, bukan kecerdasan akademik,” ujarnya.

Dikatakan, berbagai program mengenai sosialisasi peduli terhadap lingkungan sejak dini telah banyak dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi hingga saat ini pencapaian program tersebut masih belum maksimal.

Oleh karena itu, tiga dosen muda itu dalam pengabdian masyarakat kali ini berusaha memberikan edukasi kepada anak-anak agar mempunyai wawasan dalam mengelola sampah, serta mendidik anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan. “Anak-anak juga diberi pemahaman ke mana dia harus membuang sampah kertas, plastik, atau sisa makanannya,” katanya.

Dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini menjelaskan, kegiatan sosialisasi ke anak-anak pada dasarnya adalah untuk memberi pengetahuan mengenai sampah, menguatkan karakter, serta mengedukasi perihal penerapan Reuse, Reduce, dan Recycle (3R).   “Ini dasar karena dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari,” ujarnya.

Di hadapan 35 siswa-siswi kelas 4 dan 5, pria yang juga Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY ini memaparkan pengertian Reuse yakni menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Seperti penggunaan botol sebagai pot tanaman atau juga sebagai hiasan taman.

“Mengolah botol bekas dan dicat nanti bisa digunakan lagi sebagai tempat sabun misalnya,” ujarnya. Sedangkan Reduce, Eko menganjurkan sebisa mungkin menghindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. “Kalau bisa tidak ada penggunaan kantong plastik di kantin sekolah,” ucapnya.

Kemudian untuk R yang ketiga Recyle, akan dilakukan selanjutnya di sekolah SDN Singoyudan yakni mengolah sampah seperti daun- daunan menjadi pupuk. Eko berharap, anak-anak di usia dini bisa menghargai sampah dan bukan menjadikan sampah sebagai musuh, akan tetapi sampah bisa menjadi mitra. (*/naf/laz/er)