JOGJA – Lucu gitu rasanya. Begitu ungkapan perasaan Annisa Rizkiana Rahmasari saat berhasil melahirkan buku pertamanya, Jingga Jenaka. Buku yang berisi puisi, cerita pendek, dan gambar-gambar lucu.
Di Minggu (19/5) sore yang cerah di sudut sebuah kafe rumahan di kawasan Suryodiningratan peluncuran bukunya dilakukan sambil ngabuburit, menunggu waktu berbuka puasa. ”Buku ini tuh, kumpulan puisi dan cerita catatan perjalananku ke kota-kota kecil yang dimulai sejak 2012,” jelas Nica, sapaannya, mulai berkisah tentang perjalanannya menulis Jingga Jenaka.
Berawal dari kegelisahan dia melihat adiknya, Deanita Nur Khalisa yang saat itu berumur 16 tahun, kesulitan mencari bacaan yang sesuai dengan umurnya. Dea yang sudah kenyang membaca novel-novel anak, namun belum sanggup untuk mencerna buku-buku dewasa. Kemudian Nica memiliki ide untuk menuliskan puisi saja. Lucunya, judul puisinya ditentukan oleh Dea. Barulah Nica menulis isinya. Ada 10 puisi dalam Jingga Jenaka yang judulnya dibuat oleh Dea. Salah satunya Puisi Kue Putu.
”Terus tiap setelah bikin isinya, saya bacain dulu di depan dia, kata Dea: oke Kak, cool! Baru lanjut,” ujar gadis kelahiran Ungaran, 6 Oktober 1992 ini.
Alasan lainnya adalah, Nica ingin membuat suatu buku yang dapat mejadi bacaan keluarga. Dapat dibaca seorang kakak dengan adiknya, ibu dan bapak dengan anaknya, bahkan yang dapat dipahami kakek dan nenek. Karena Nica mengaku sering menemukan bahwa dalam suatu rumah, orang kesulitan menyampaikan pesan dari satu anggota ke anggota keluarga lainnya. Nah, dia ingin bukunya dapat memberikan pesan tersebut untuk pembacanya.
”Jadi, meski ada suatu puisi yang romantis pun, tetap ingin anak-anak atau orang tua memaknai romantisme sebagai perasaan yang indah dan menyenangkan bukan dari segi seksualitas,” ungkapnya.
Peran keluarga pun sangat berpengaruh dalam proses Nica berkarya. Yang tadinya hanya hobi menggambar, Nica jadi gemar menulis juga berkat bapaknya, Joko Sulistyo. Ditambah pergi ke toko buku setiap Minggu. ”Dari kecil like another kids gitu suka gambar, dulu sering diantar ibuku ikut lomba nggambar, kelas 2 SD baru rajin nulis,” tuturnya.
Keinginannya bisa membuat buku sebenarnya muncul sejak 2011. Tapi saat itu Nica belum tahu apa yang harus ditulis dan bagaimana caranya. Kemudian dia mulai bereksperimen sendiri dengan membuat zine. Sebuah media kecil berupa lembaran yang isinya cerita bergambar.
Sejak lulus dari SMA 1 Ungaran, Nica aktif di kegiatan seni dan rajin ikut pameran. Zine yang tadinya hanya dibagi ke teman-teman dekat, dia bawa ke ekosistem yang lebih luas lagi. Membuat zine dia maknai sebagai cara melatih mentalnya sebelum menulis buku. Hingga saat ini Nica masih aktif membuat zine dan dipromosikan melalui akun Instagramnya, @autonica.
”Biasanya kalo bikin zine cuma 20 halaman, ini buku bikin 118 halaman, dan akan menghadapi pembaca yang lebih luas, maka tanggung jawab atas karya jadi lebih besar,” tutur penggemar seniman Yuni Sakigawa dan penulis Totto-Chan, Tetsuko Kuroyanagi ini.
Nica tak menyangka, hobinya menggambar bisa menjadi karya yang istinewa baginya. Menjadi pembuktian pada orang tuanya bahwa dia tak sekadar menggambar. Orang tuanya pun lebih mendukung aktivitasnya setelah Jingga Jenaka lahir.
Nica mengungkapkan, dia sangat mengerti tidak semua orang seberuntung dia dengan lingkungannya yang mendukung. Tapi menurutnya, setiap orang harus percaya pada mimpi mereka. ”Kalau kamu percaya sama mimpi kamu, dia akan membawa kamu ke keberuntungan yang lucu,” pesannya, untuk anak-anak di luar sana yang tidak percaya diri dengan hobinya. (tif/ila)