SLEMAN – Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) belum lama ini memberikan pendampingan tentang pengelolaan Embung Jetis Suruh yang berada di Desa Donoharjo, Ngaglik, Sleman.

Mereka adalah Dosen Tekni Mesin Dr Ir H Sukamta, MT, IPM dan Dosen Ilmu Pemerintahan Sakir, SIP, MIP. Pendampingan tersebut dilakukan tim secara bertahap, terstruktur dan intensif sejak Oktober 2018 hingga Mei 2019.

Sukamta mengatakan, potensi wisata embung di Desa Donoharjo sebenarnya  dapat dikembangkan lebih maksimal. Namun dalam praktiknya, pemerintah desa beserta masyarakat ternyata masih mencari bentuk dan format pengelolaannya.

”BUMDes yang digadang-gadang mampu mengelola embung, kenyataannya belum dapat berjalan dengan baik,” kata Ketua Tim Pendampingan Pengelolaan Embung Jetis Suruh sekaligus Wakil Rektor I Bidang Akademik ini.

Padahal bila dikelola secara professional, embung dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang dapat membantu masyarakat dalam membuka lapangan kerja baru sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Untuk itu, selama delapan bulan terakhir Sukamta bersama tim menargetkan progam pendampingan ini dapat meningkatkan peran BUMDes sebagai pengelola embung Jetis Suruh.

”Pendampingan tersebut berupa diskusi maupun pelatihan baik skill ataupun knowledge,” ujarnya.

Sukamta memaparkan, tiga hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola wisata, khususnya embung Jetis Suruh di Desa Donoharjo. Yang pertama melakukan observasi potensi Embung Jetis Suruh sebagai objek wisata terlebih dahulu.

Saat melakukan observasi, lanjutnya, tim pendampingan menemukan beberapa permasalahan dalam pengelolaan embung oleh BUMDes, beberapa di antaranya belum adanya data riil tentang potensi yang dipunyai Embung Jetis Suruh serta belum adanya media promosi yang berbasis teknologi informasi (website).

”Setelah itu, langkah kedua kami lakukan Fucous Group Discussion (FGD). Melalui kegiatan FGD dan workshop maka akan dihasilkan keluaran produk , peningkatan kualitas tata kelola wisata lebih baik, jelas dan terukur,” katanya.

Bagi BUMDes Desa Donoharjo sangatlah penting apabila mempunyai bisnis plan atau renstra yang dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan maupun pengembangan organsiasi. “Maka dari itu, untuk memetakan permasalahan dan potensi wisata maka dilakukan FGD dengan masyarakat, Pemerintah Desa dan Pengelola BUMDes Donoharjo,” tambahnya.

Terakhir tim membantu membuatkan website Desa. Hal itu dinilai sangat dibutuhkan karena melalui website  ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait potensi desa sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

“Sehingga tercipta masyarakat yang mandiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang cosmopolitan,” katanya.

Anggota tim pendampingan Sakir menambahkan, beberapa tahapan pengelolaan tersebut harus dikawal. Perlu adanya tindaklanjut supaya dapat lebih dikenal oleh masyarakat dan tata kelola wisata menjadi lebih terstruktur sebagai obyek wisata oleh BUMDes di Desa Donoharjo.

Koordinator Lab Ilmu Pemerintaahan UMY ini menyebutkan, tindaklanjut tersebut di antaranya yakni pelatihan SDM Pengelola BUMDes untuk mengelola Embung Jetis Suruh sebagai obyek wisata, Pengembangan website Desa Donoharjo sebagai salah satu media promosi wisata, dan perlu adanya dukungan anggaran dari Pemerintah Desa Donoharjo untuk pengembangan Wisata Embung Jetis Suruh.

”Terkait pengembangan website, perlu adanya pelatihan jurnalistik untuk pengelola. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi atau konten kepada masyarakat secara jelas dan lebih menarik,” ujarnya. (sce/naf/ila)