JOGJA – Aroma musik ska reggae menghiasi suasana halaman Lapas Kelas IIA Wirogunan Jogjakarta. Para warga binaan dan petugas lapas membaur dalam suka cita lagu Kembali Berdansa milik Shaggydog. Itulah konser perayaan hari jadi Shaggydog, Senin (3/5).

Band asal Sayidan, Gondomanan, Kota Jogja, ini sengaja merayakan hari jadi ke-22 dengan cara berbeda. Mengenakan kemeja putih dipadu celana kain dan kopiah, para personel Shaggydog membawakan 10 lagu andalan mereka. Mereka luruh dalam kegembiraan bersama warga binaan.

”Ini wujud syukur kami karena sudah berkarya selama 22 tahun. Biasanya (perayaan hari jadi) di Doggy House (basecamp). Berpikir berbagi kepada teman yang tidak punya kesempatan seperti di luar,” kata Heruwa, sang vokalis perihal perayaan hari jadi di Lapas Kelas IIA Wirogunan.

Menurutnya, konser di Lapas Kelas IIA Wirogunan ingin bisa berbagi kebahagiaan. Terutama dengan warga binaan yang memiliki keterbatasan hak. Termasuk hak menikmati hiburan musik.

”Kalau suasana pasti beda ya. Penonton tidak boleh bawa kamera dan handphone karena memang aturan ketat. Tapi, justru bisa menikmati suasana kebersamaannya,” ujarnya.

Pada konser kali ini Shaggydog tampil dalam formasi lengkap. Selain Heruwa, ada Richad dan Raymond (gitar), Lilik (keyboard), Bandizt (bass) dan Yoyo (drum). Sepuluh lagu mereka bawakan dengan klimaks. Hingga tiba akhirnya lagu Sayidan sebagai pamungkas konser berbagi.

Bandizt, sang bassist, berharap momentum ini menjadi refleksi diri. Apalagi konser ini dikemas dalam sebuah ibadah. Selain buka bersama, ada pula tausiyah dari Gus Miftah.

”Berawal dari obrolan berbagi bersama warga binaan. Kami berpikir mereka (warga binaan) butuh hiburan juga karena terkungkung.  Konsepnya bersenang-senang bersama warga binaan,” katanya.

Usia 22 tahun bukanlah usia remaja bagi sebuah grup musik. Jauh ke depan, Shaggydog memiliki banyak mimpi yang belum terwujud. Di antaranya menelurkan karya di luar musik.

Kini, kata Bandizt, sesepuh band Jogjakarta ini tengah menyiapkan sebuah album buku. Isinya berupa foto-foto perjalanan mereka. Mulai dari keseharian, latihan, konser, rekaman, hingga perjalanan tour. Seluruhnya dirangkum apik dalam sebuah otobiografi foto.

”Sedang proses album baru juga, lalu film dokumenter lagi. Untuk 22 tahun perjalanan, kuncinya adalah toleransi. Karena Shaggydog itu bukan hanya sekadar band, tapi sudah seperti trah keluarga,” katanya. (dwi/zam)